SIPRUS (Arrahmah.com) – Zahra Zahroura, seorang pengungsi Palestina di Suriah, selalu membayangkan bisa melalui hari-harinya di kampung halaman keduanya, Homs, Suriah, ditopang oleh harapan bahwa ia hanya ingin mengungsi sekali saja seumur hidupnya.
Tapi apa daya, karena perang di Suriah yang semakin memburuk, Zahroura terpaksa melarikan diri untuk kedua kalinya, bertujuan untuk mendapatkan kehidupan baru di daratan Eropa, walau hanya mencapai Siprus, tapi beruntung dia masih hidup.
“Suami saya bekerja dan kami hidup dengan baik. Tapi kami harus pergi karena perang,” kata Zahroura, yang berhasil selamat bersama dengan lebih dari 100 orang yang menumpang kapal-kapal nelayan kecil yang terapung selama tiga hari di bawah matahari Mediterania yang terik, sebagaimana dilansir oleh Ma’an News Agency, Kamis (10/9/2015).
“Semua rumah menjadi puing-puing, semuanya hancur oleh bom,”
Zahroura adalah salah satu dari pengungsi Palestina di Suriah dan Lebanon yang bergabung dengan ratusan ribu warga Suriah lainnya yang melarikan diri dari perang. Mereka melalui perjalanan berbahaya dalam upaya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa.
Perahu yang ditumpanginya membawa 115 pengungsi – termasuk 54 perempuan dan anak-anak – telah berangkat dari pelabuhan Tartus Suriah sebelum kemudian mengambil lebih banyak orang di Tripoli Lebanon
Menurut seorang pejabat di kamp Kofinou Siprus, di mana orang-orang yang diselamatkan itu tinggal, sebagian besar penumpang kapal itu adalah orang Palestina dari Lebanon atau Suriah.
Orang-orang Palestina itu terusir atau melarikan diri dari kampung halamannya di Palestina menuju Suriah ketika “Israel” didirikan pada tahun 1948. Di Suriah, mereka kembali mengalami beberapa kengerian terburuk akibat perang yang telah menewaskan lebih dari 240.000 orang.
Salah satu kamp Palestina terbesar di Suriah adalah Yarmouk, yang terletak di Damaskus. Kamp itu sebelum perang memiliki populalsi sekitar 160.000. Setelah bertahun-tahun pertempuran dan pengepungan, badan pengungsi Palestina PBB UNRWA memperkirakan hanya ada 18.000 orang yang masih hidup di kamp Yarmouk.
(ameera/arrahmah.com)