GAZA (Arrahmah.com) – Warga Palestina di Jalur Gazayang terlantar akibat serangan militer “Israel” baru-baru ini masih menunggu solusi, karena musim dingin semakin dekat.
Serangan mengakibatkan lebih dari 110.000 warga Palestina menjadi tunawisma dan mencari perlindungan dari satu tempat ke tempat lain, lansir Ma’an pada Jum’at (26/9/2014).
Muin Bahar, yang tinggal di puing-puing rumahnya yang hancur mengatakan kepada Ma’an bahwa sulit untuk menemukan tempat tinggal, makan atau minum.
“Semua yang bisa kami makan adalah makanan kaleng dan saya tidak memiliki pekerjaan atau uang untuk kami dan anak-anak untuk pergi ke sekolah,” ujarnya.
Dia mendesak pemerintah Palestina untuk memulai proses pembangunan kembali sebelum musim dingin tiba.
“Segera, kami bisa tidur di bawah hujan.”
Dengan perundingan yang ditunda sampai akhir Oktober, kehidupan bagi warga Gaza menjadi lebih sulit dari hari ke hari, karena bahan yang diperlukan untuk rekonstruksi tidak diperbolehkan masuk ke wilayah Gaza.
“Kesepakatan gencatan senjata menjadikan keamanan diperketat dan material tidak diizinkan masuk ke Jalur Gaza dan dipantau oleh ‘Israel’,” ujar ekonom Maher al-Tabba.
Rekonstruksi juga harus mendapatkan lisensi dari Ramallah, menunjukkan bahwa “Israel” tidak mengakui pemerintah persatuan, lanjut laporan Ma’an.
Penduduk Gaza akan menghadapi bencana jika musim dingin tiba sebelum mereka menemukan tempat berlindung. Masyarakat internasional harus menemukan solusi cepat bagi ribuan warga Gaza yang menjadi tunawisma dalam serangan “Israel” selama 51 hari, ujar Komite Populer untuk Memecah Blokade Gaza seperti dilansir Anadolu Agency.
Biaya untuk rekonstruksi penuh rumah dan infrastruktur yang hancur selama perang dilaporkan mencapai 7,8 miliar USD.
Fadl al-Helw, seorang pengangguran Gaza berusia 40 tahun mengatakan bahwa ia kehilangan rumahnya yang sederhana dalam serangan “Israel”.
“Saya tidak bisa membeli rumah baru,” ujarnya.
Dia mengatakan bahwa ia harus berjuang untuk musim dingin yang menunjukkan tanda-tanda akan segera tiba di Jalur Gaza pada pekan ini. (haninmazaya/arrahmah.com)