AL-QUDS (Arrahmah.com) – Selama dua hari rumah Muhammad Abu Khdair telah penuh dengan pelayat yang memberikan belasungkawa kepada orang tuanya yang sedang tertegun dengan bunyi rentetan granat yang meledak di luar.
Muhammad meninggalkan rumahnya pada Rabu pagi (2/7) untuk pergi ke masjid yang berjarak beberapa meter dari rumahnya. Tapi dia tidak pernah sampai d imasjid itu. Saksi mata mengatakan ia telah diculik, diseret ke mobil oleh dua atau tiga orang dan dibawa pergi. Mayatnya kemudian ditemukan beberapa jam kemudian, dibuang di hutan di luar wilayah Yerusalem, dalam kondisi hangus terbakar hingga tak bisa dikenali.
Ayahnya menghabiskan sebagian besar hari-harinya di kantor polisi, di mana peneliti melakukan pengujian DNA dan mengidentifikasi tubuhnya.
Polisi masih menyelidiki pembunuhan itu, dan seorang juru bicara mengatakan bahwa belum ada kesimpulan tentang apakah pembunuhan itu bermotif “kriminal atau nasionalis.”
Media lokal melaporkan pada Kamis (3/7) bahwa bahwa ada tanda-tanda yang berkembang bahwa ia dibunuh oleh orang-orang Yahudi “Israel” sebagai aksi balas dendam atas pembunuhan tiga remaja Yahudi yang diculik bulan lalu dan ditemukan tewas di sebuah lembah di luar Hebron.
Bagi keluarga Abu Khdair ini, tidak ada keraguan tentang motif itu. “Ada kamera yang merekam ini. Ada bukti,” Hussein Abu Khdair, ayah Muhammad, mengatakan kepada Al Jazeera. “Saya merasa seolah-olah saya telah kehilangan segalanya.”
Pemuda setempat bentrok dengan polisi perbatasan di dekat rumah mereka di Shuafat selama lebih dari 12 jam pada Rabu (2/7), dengan puluhan orang luka-luka. Pertempuran dilanjutkan pada skala yang lebih kecil pada Kamis (3/7), hanya beberapa ratus meter di jalan.
Saat matahari terbenam pada Kamis (3/7), Saat warga siap untuk berbuka puasa Ramadhan, Hussein pulang dari kantor polisi. Keluarga itu harus menunggu hari lain lagi untuk menguburkan anak mereka: Para pejabat mengatakan kepadanya bahwa tubuh bocah itu tidak akan dilepaskan sampai Jumat sore.
“Mereka telah mengambil separuh hidup saya,” kata ibunya, Suha, yang duduk di rumah keluarga yang dikelilingi oleh para pelayat. “Saya kaget, saya tidak percaya itu … kami tidak merasa aman. Tidak ada keselamatan bagi kami di sini,” katanya kepada Al Jazeera.
Para pelayat yang menjenguk keluarga itu pada Kamis (3/7) termasuk Ahmad Tibi, anggota Knesset dari Palestina, dan Muhammad Hussein, mufti besar Yerusalem. Hussein mengatakan kepada wartawan bahwa “Israel” bertanggung jawab atas pembunuhan ini.
Keluarga Abu Khdair mengatakan hal yang sama, menyalahkan pendudukan “Israel” yang telah memusuhi warga Palestina, yang membentuk 20 persen dari populasi di wilayah pendudukan “Israel”.
“Kami menuntut agar pemerintah “Israel” menemukan penjahat itu dan melindungi penduduk Palestina,” kata Ishaq Abu Khdair, pamannya. “Semua orang di pemerintahan “Israel” bertanggung jawab atas kejahatan ini, dari Netanyahu ke bawah.”
Setidaknya setengah lusin warga Palestina telah diserang minggu ini. Salah satunya, seorang pria berusia 23 tahun dari Petah Tikva dilaporkan dipukuli dan ditusuk oleh orang-orang yang mengatakan kepadanya “orang Arab tempatnya di dalam kubur,”
Ibu Abu Khdair mengatakan bahwa ia berharap tidak ada ibu-ibu lain yang harus mengalami rasa sakit seperti yang dia alami saat ini.
Tapi dia juga meragukan keseriusan “Israel” yang akan mengejar dan menghukum pembunuh anaknya. Pasukan keamanan telah menetapkan dua tersangka dalam pembunuhan bulan lalu, keduanya warga di daerah Hebron yang dikabarkan belum terlihat sejak kejahatan itu. Tentara “Israel” menghancurkan rumah mereka awal pekan ini, meskipun tak satu pun telah dihukum.
(ameera/arrahmah.com)