KHARTOUM (Arrahmah.id) – Penguasa militer Sudan mengunjungi pangkalan-pangkalan militer di luar ibu kota, perjalanan pertamanya keluar dari Khartoum sejak konflik internal pecah pada April, ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa perang dapat membawa seluruh wilayah itu ke dalam bencana kemanusiaan.
Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan juga berniat meninggalkan Sudan untuk melakukan pembicaraan di negara-negara tetangga setelah mengunjungi pangkalan-pangkalan regional dan Port Sudan, pusat pemerintahan sementara, kata dua sumber pemerintah, seperti dilaporkan Reuters (25/8/2023).
Burhan, yang juga kepala angkatan bersenjata, berencana untuk memimpin rapat kabinet.
Tentara telah memerangi Pasukan Pendukung Cepat (RSF) paramiliter untuk menguasai Khartoum dan beberapa kota sejak 15 April.
Burhan muncul dari markas tentara, yang menurut RSF telah diblokade, pada Kamis, dan terlihat dalam video dan foto di kota Omdurman, di seberang Sungai Nil.
Tentara mengedarkan video pada Jumat yang memperlihatkan Burhan mengunjungi pangkalan artileri Atbara, di sebelah utara Khartoum di negara bagian Sungai Nil. Burhan terlihat digendong oleh para tentara yang bersorak-sorai.
Sementara tentara telah memerangi RSF di Khartoum dan wilayah Kordofan dan Darfur di sebelah barat, wilayah tengah, utara, dan timur negara itu tetap tenang dan berada di bawah kendali tentara.
Upaya-upaya mediasi telah terbukti tidak membuahkan hasil karena para diplomat mengatakan bahwa kedua belah pihak masih percaya bahwa mereka bisa menang. Lebih dari 4 juta orang telah meninggalkan rumah mereka, layanan dasar telah runtuh, dan pertempuran telah memberi jalan bagi serangan etnis oleh RSF dan milisi sekutu di Darfur.
Kepala bantuan kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan pada Jumat: “Konflik yang tak kunjung usai ini serta kelaparan, penyakit, dan pengungsian yang ditimbulkannya kini mengancam untuk melanda seluruh negeri.”
Dia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia prihatin dengan perluasan pertempuran di negara bagian Gezira yang merupakan lumbung pangan negara itu, tepat di sebelah selatan Khartoum di mana RSF telah melakukan serangan.
“Ratusan ribu anak mengalami kekurangan gizi parah dan berisiko mengalami kematian jika tidak ditangani,” katanya.
Penyakit seperti campak, malaria, demam berdarah, dan diare berair akut menyebar, kata Griffiths. (haninmazaya/arrahmah.id)