JAKARTA (Arrahmah.id) – Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) memberikan tanggapan terkait praktik pengobatan Ida Dayak yang belakangan viral yang dipercaya masyarakat sebagai tabib yang mampu menyembuhkan sejumlah penyakit tanpa harus melakukan tindakan medis seperti operasi.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi menjelaskan ilmu-ilmu lain di luar kedokteran bisa disebut dengan pengobatan tradisional komplementer.
Rata-rata, ungkapnya, memang tak memerlukan pemeriksaan menyeluruh dalam menangani pasiennya. Termasuk cara pengobatan yang dilakukan oleh Ida Dayak.
Adib menyebut tak bisa serta merta mengatakan hal yang dilakukan Ida sebagai hal yang salah atau benar secara medis. Sebab, dasar yang dipakai untuk pengobatanya pun sudah sangat berbeda.
“Kita menganggap dalam konteks ini, kita mengapresiasi sebagai landasan sosiologis terkait pengobatan yang dilakukan ibu Ida. Tapi secara kedokteran ini tidak ada kaitannya,” kata Adib di Gedung PB IDI, Jakarta Pusat, Selasa (4/4).
Sementara dalam ilmu medis, sambung Adib, memang harus ada dasar yang didapat dari pemeriksaan. Hal ini agar dokter bisa mengambil tindakan yang tepat.
Ia menyebut dalam ilmu medis ada satu pola dasar yang digunakan untuk merawat pasien dengan trauma tulang misalnya. Seperti saat sebelum melakukan pengobatan, pemeriksaan fisik harus dilakukan untuk mengetahui jenis cedera yang dialami pasien.
“Mulai dari pemeriksaan fisik, kemudian dilanjut dengan anamnesa atau pemeriksaan penunjang, baru dilakukan diagnosa dan penatalaksanaan,” kata dia.
Adapun terkait apakah pasien yang ditangani Ida ini benar-benar sembuh dari penyakitnya, Adib juga tak bisa memastikan lebih lanjut. Menurutnya, hal ini harus dilakukan dengan pemeriksaan menyeluruh.
Ia mengaku perlu bertemu dengan para pasien tersebut untuk melihat kondisi tubuhnya setelah dinyatakan sembuh melalui pengobatan Ida Dayak.
Adib sekaligus mengingatkan agar masyarakat tetap melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan kesembuhan setelah melakukan pengobatan ke Ida Dayak.
“Dan saya kira buat kita di ortopedi, ada yang istilahnya saingan atau tidak, tidak ada yang seperti itu, karena ini sekali lagi, masyarakat tentu mempunyai pilihan dan kita tidak bisa menapikkan sebuah harapan kesembuhan,” ujar Adib.
(ameera/arrahmah.id)