RAWALPINDI (Arrahmah.com) – Seorang pengkampanye anti-drone AS di Pakistan yang dijadwalkan akan bersaksi di depan parlemen Eropa, telah hilang di kota Rawalpindi, ujar pengacaranya.
Kareem Khan, yang kakaknya dan anaknya tewas dalam serangan brutal pesawat tak berawak AS pada bulan Desember 2009, dijemput di rumahnya oleh aparat keamanan pada dini hari tanggal 5 Februari, ujar Shahzad Akbar pada Senin (10/2/2014) kepada AFP.
Akbar mengatakan 15 sampai 20 orang, beberapa mengenakan seragam polisi dan yang lainnya berpakaian preman, menangkap Khan, seorang warga Pakistan pertama yang menuntut pemerintah boneka Pakistan atas kematian keluarganya dalam serangan pesawat tak berawak AS.
Kabar Khan belum terdengar sejak saat itu, lanjut Akbar. Ia juga menuduh badan intelijen Pakistan melakukan penculikan ilegal.
“Kami mengajukan laporan dengan kepolisian setempat, namun mereka membantah telah menjemputnya,” ujarnya. “Ini tampaknya pekerjaan badan-badan intelijen.”
Pengacara mengatakan tidak ada alasan yang diberikan kepada istri dan anak-anak Khan ketika ia ditangkap.
Seorang pejabat polisi senior membantah kepolisian telah menangkap Khan.
“Kami tidak memiliki catatan ‘serangan’ pada malam itu,” ujar pejabat tersebut yang tidak ingin disebutkan namanya.
Saksi penting
Khan telah mengajukan kasus melawan pemerintah boneka Pakistan, mengajukan petisi ke pengadilan terkait serangan drone, dengan alasan serangan itu merupakan pembunuhan di bawah hukum domestik.
Tanggal sidang berikutnya sebelum Pengadilan Tinggi Islamabad dijadwalkan hari ini (11/2).
Dia juga akan melakukan perjalanan ke Eropa pada Sabtu mendatang untuk berbicara dengan anggota parlemen Jerman, Belanda dan Inggris tentang pengalaman pribadinya dengan serangan pesawat tak berawak dan dampak serangan terhadap negaranya.
Khan menjadi terkenal setelah mengungkapkan identitas kepala stasiun CIA di Islamabad di tahun 2010 dalam aplikasi yang diajukan di pengadilan Pakistan untuk melawannya atas tuduhan perannya dalam serangan pesawat tak berawak.
Kasus ini memicu kritik keras dari Washington yang menuduh intelijen Pakistan membocorkan nama kepala mata-mata yang kemudian ditarik kembali ke Washington.
Menurut penghitungan AFP, 2.155 orang telah meninggal dunia dalam serangan pesawat tak berawak sejak Agustus 2008, dengan para pengamat mengatakan bahwa serangan tersebut menyebabkan banyak korban sipil. (haninmazaya/arrahmah.com)