NEW YORK (Arrahmah.id) — Sastrawan penghina Al Quran yang menulis The Satanic Verses atau Ayat-ayat Setan, Salman Rushdie, dilaporkan ditikam berulang kali di leher dan daerah torso oleh pria tak dikenal pada Jumat (12/8/2022).
Penulis kelahiran India dan kini menjadi warga Amerika Serikat itu ditikam saat hendak memberikan kuliah umum di Chautauqua Institution, Negara Bagian New York, AS.
Menurut sejumlah saksi mata, pria tak dikenal itu menikam Rushdie berulang kali di leher dan area torso.
Rushdie bahkan dilaporkan sempat berdiri usai penikaman, namun terjatuh ke belakang ketika mencoba melarikan diri.
Rushdie pun segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan. Agen Rushdie mengatakan kepada BBC (13/8) bahwa sang penulis tengah menjalani serangkaian operasi.
Namun, kondisi terkini Rushdie belum diketahui.
Selain Rushdie, pendiri Chautauqua Institution Henry Reese yang menjadi moderator acara juga ikut diserang pelaku. Rushdie dan Reese berada di atas panggung ketika pria tersebut menyerang.
Seorang saksi mata, Julia Mineeva-Braun, menggambarkan situasi membingungkan saat penyerangan terjadi. Dia mengira penyerang Rushdie telah mendekati sang penulis untuk memperbaiki mikrofon.
Nahasnya, Rushdie malah ditikam di leher dan kemudian di bawah dekat tulang belikat, kata Mineeva-Braun kepada Reuters.
Saksi lain, Mary Newsom, mengatakan kepada BBC bahwa ada keterkejutan dan “kekecewaan kolektif raksasa” ketika insiden itu terjadi, karena Chautauqua dianggap sebagai tempat yang aman.
Dia mengklaim “tidak ada keamanan di sekitar [Rushdie]”.
Newsom mengklaim bahwa tiket diperiksa, tetapi tas tidak. Sampai saat ini, Penyelenggara belum mengomentari pengaturan keamanan acara tersebut.
Sementara itu, Kepolisian New York mengatakan telah menangkap pelaku penikaman. Pria itu diidentifikasi sebagai Hadi Matar (24), dari Fairview New Jersey.
Meski begitu, belum jelas motif Matar menikam Rushdie.
Biro Investigasi Federal (FBI) pun dikerahkan untuk membantu polisi melakukan penyelidikan.
Rushdie menjadi penulis kontroversial setelah The Satanic Verses memicu kecaman terutama dari umat Muslim dunia. Karyanya itu bahkan telah dilarang beredar dan dipublikasikan di Iran sejak 1988.
Buku Rushdie “The Satanic Verses” telah dilarang di Iran sejak 1988, karena banyak Muslim menganggapnya sebagai penghujatan. Setahun kemudian, mendiang pemimpin Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa, atau dekrit, yang menyerukan kematian Rushdie.
The Satanic Verses adalah novel keempat karya Rushdie. Pertama kali diterbitkan pada September 1988, buku ini terinspirasi oleh kehidupan Nabi Muhammad tapi dengan plot cerita dan gambaran yang negatif, cenderung menghina.
Hadiah lebih dari US$3 juta juga telah ditawarkan bagi siapa saja yang dapat membunuh Rushdie. Selama ini, Rushdie juga selamat dari sejumlah upaya percobaan pembunuhan dirinya.
Pemerintah Iran telah lama menjauhkan diri dari keputusan Khomeini itu, tetapi sentimen anti-Rushdie tetap ada.
Pada 2012, sebuah yayasan keagamaan semi-resmi Iran memperbesar jumlah hadiah bagi pihak yang dapat membunuh Rushdie dari US$2,8 juta menjadi US$3,3 juta. (hanoum/arrahmah.id)