JAKARTA (Arrahmah.com) – “Penggerak demo, benar-benar tidak waras. Seharusnya, anak-anak diajari kesopanan dan bersikap luhur apalagi sepertinya yang mendemo adalah santri,” ungkap Sudarnoto. Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Sudarnoto Abdul Hakim, Senin (15/8/2017), dikutip Rmol.
Dia menyatakan keterlibatan anak-anak dalam demonstrasi menentang kebijakan pemerintah sistem belajar Full Day School (FDS) dan teriakan yang sangat mengejutkan ‘bunuh menteri’ terkait penolakan Permendikbud Nomor 23/2017, mencerminkan ketidakpedulian terhadap akhlak baik dan kepribadian luhur. Penggerak demonya
“Demo tersebut mencerminkan ketidakpedulian terhadap akhlak karimah dan kepribadian luhur yang seharusnya dibangun dan diperkuat oleh lembaga pendidikan, para guru, orang tua dan semua pihak,” ujar Sudarnoto yang juga wakil ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah.
Jelas dia, penggerak demo anak-anak telah mengeksploitasi secara tidak bertanggung jawab anak-anak dan merusak prinsip luhur pendidikan sebagaimana yang ditekankan dalam Pancasila untuk kepentingan menentang FDS.
Demo ‘bunuh menteri’ yang videonya sudah beredar luas tersebut, menurutnya telah jelas-jelas menanamkan benih sikap kekerasan: kekerasan berpikir, kekerasan sikap dan kekerasan ucapan di kalangan anak-anak.
“Ini tidak sekedar merusak atau menghancurkan kepribadian anak-anak, akan tetapi juga membahayakan orang lain,” ujar Sudarnoto.
Kekerasan dalam bentuk apapun, sangat bertentangan dengan nilai luhur dan prinsip ajaran Islam, menentang Pancasila sekaligus merusak martabat. Apa yang dilakukan anak-anak saat melakukan demonstrasi, juga merusak cita-cita demokrasi.
Anak-anak, sejak awal diajari untuk menentang secara all out bahkan dengan cara-cara paksaan dan melakukan tindakan kekerasan terhadap siapa saja yang pandangan dan sikapnya berbeda. Demonstrasi tersebut mengajarkan tindakan-tindakan intimidasi dan teror.
“Penggerak demo, benar-benar tidak waras. Seharusnya, anak-anak diajari kesopanan dan bersikap luhur apalagi sepertinya yang mendemo adalah santri,” ungkap Sudarnoto.
Diserukan kepada semua guru, pendidik, ustad, lembaga pendidikan dan kekuatan-kekuatan ormas Islam untuk bersedia menentramkan dan menciptakan kesejukan agar kehidupan berbangsa dan bernegara bisa berjalan dengan baik, terbebas dari intimidasi oleh siapapun, terbebas dari fitnah dan caci maki yang akhir-akhir ini muncul siapapun yang melakukan. Rakyat atau masyarakat rindu dan membutuhkan keteladanan.
“Saya berharap info dan video demo anak-anak tersebut adalah hoax. Tapi jika benar terjadi, maka otak dan penggeraknya harus diproses secara hukum. Pihak yang berwenang harus menelusuri kebenaran berita tersebut,” tukas Sudarnoto, ketua Dewan Pakar Fokal IMM.
(azm/arrahmah.com)