SANA’A (Arrahmah.com) – Kelompok teroris Syiah Houtsi telah menahan puluhan Muslimah tanpa pengadilan dan menyiksa mereka serta memeras keluarga mereka, aktivis dan seorang pengacara hak asasi manusia mengatakan kepada kantor berita AP.
Seorang pengacara hak asasi Yaman mengatakan kepada AP pada Kamis (17/1/2019) bahwa para Muslimah tersebut ditangkap dari kafe-kafe dan taman-taman dalam beberapa bulan terakhir tanpa alasan yang jelas.
Berbicara dengan syarat anonim karena alasan keamanan, dia mengatakan keluarganya masih mencari anak perempuan mereka yang hilang.
Tuduhan itu pertama kali diangkat pada akhir pekan lalu oleh Organisasi Yaman untuk Memerangi Perdagangan Manusia, yang berbasis di ibu kota Sana’a.
Pendiri kelompok tersebut, Nabil Fadel, mengatakan ia telah menerima informasi dari keluarga, mantan tahanan wanita dan sumber-sumber lain selama beberapa bulan terakhi, Houtsi telah menangkapi perempuan atas tuduhan prostitusi dan terkait dengan koalisi pimpinan Saudi, yang saat ini memerangi Houtsi.
Fadel mengatakan bahwa penangkapan dimulai setelah Houtsi menunjuk Sultan Zabin sebagai kepala divisi investigasi kriminal Sana’a setahun lalu. Zabin segera meluncurkan tindakan keras terhadap “pelacuran dan penyelundupan”. Wanita yang ditangkap dalam tindakan keras tersebut kemudian diberikan pembebasan, tetapi dikirim ke penahanan rahasia di vila-vila di ibu kota Yaman bukannya dibebaskan.
Penyelidikan oleh AP bulan lalu menunjukkan bahwa ribuan warga Yaman telah dipenjara oleh milisi Houtsi secara ilegal selama perang empat tahun di Yaman.
Banyak dari mereka menderita siksaan ekstrem, dipukul di wajah dengan tongkat, digantung dengan rantai di pergelangan tangan atau alat kelamin mereka selama berminggu-minggu, dan siksaan lainnya.
Pengungkapan tentang tahanan perempuan datang ketika perwakilan dari pihak Yaman berada di Yordania untuk pembicaraan tentang penerapan kesepakatan pertukaran tahanan yang disepakati di Swedia bulan lalu.
Di Swedia, kedua belah pihak sepakat untuk membangun kepercayaan, termasuk pertukaran ribuan tahanan, tetapi pelaksanaannya dinodai oleh kekerasan. (haninmazaya/arrahmah.com)