ANKARA (Arrahmah.com) – Dengan berakhirnya tur Afrika selama empat hari oleh presiden Turki pada Rabu (20/10/2021), Ankara menikmati kehadiran yang mencolok di benua itu sebagai hasil dari upaya 20 tahun untuk meningkatkan hubungan, lapor kantor berita Anadolu.
Presiden Recep Tayyip Erdogan telah melakukan kunjungan resmi ke 30 dari 54 negara di Afrika, dengan tur terakhirnya pada 17 – 20 Oktober yang terdiri dari Angola, Togo dan Nigeria.
Kunjungan-kunjungan ini telah meningkatkan hubungan dengan negara-negara Afrika, sementara lembaga dan organisasi Turki yang aktif di berbagai bagian benua juga telah berkontribusi untuk memperdalam dan memajukan hubungan.
Turki telah menjalin hubungan dengan negara-negara Afrika melalui misi diplomatik, serta kesepakatan di berbagai bidang, dan kegiatan lembaga-lembaga seperti Badan Kerjasama dan Koordinasi Turki (TIKA), maskapai penerbangan Turkish Airlines, Institut Yunus Emre, dan Yayasan Maarif Turki.
Negara ini meluncurkan kedutaan pertamanya di benua itu di Kairo, ibu kota Mesir, pada tahun 1925, sementara kedutaan pertamanya di Afrika Sub-Sahara berada di Ethiopia dan dibuka pada tahun 1926.
Memperkuat hubungan diplomatiknya dengan benua itu setiap tahun, Turki telah membuka total 31 kedutaan besar di seluruh Afrika sejak 2009.
Sebelumnya, Turki memiliki kedutaan hanya di 12 negara Afrika, angka yang meningkat menjadi 43 pada tahun-tahun berikutnya.
Berencana untuk membuka kedutaan ke-44 di Bissau, ibu kota Guinea-Bissau di Afrika Barat, bertujuan untuk menambah jumlah kedutaan di benua itu menjadi 50.
Turkish Airlines terbang ke lebih dari 60 tujuan di Afrika
Selain hubungan diplomatik dengan negara-negara Afrika, Turki juga memiliki penerbangan langsung ke banyak negara di benua itu.
Maskapai ini melakukan penerbangan pertamanya ke Afrika pada tahun 1956 dan sekarang terbang ke 40 negara, dengan total tujuan di benua itu sekarang berjumlah 61, dengan tambahan terakhir dari Luanda, ibu kota Angola.
Di bidang pendidikan, Yayasan Maarif Turki juga aktif di seluruh Afrika, dengan puluhan sekolah dan asrama.
Yayasan tersebut, yang memberikan pendidikan kepada 17.565 siswa Afrika melalui 175 lembaga pendidikannya di 26 negara, juga memenuhi kebutuhan asrama mereka dengan 18 fasilitas tersebut.
Turki juga mendukung kebutuhan siswa Afrika dalam pendidikan tinggi, dengan Presidensi untuk Turki di Luar Negeri dan Komunitas Terkait (YTB) telah memberikan bantuan kepada total 5.259 siswa di semua negara di Afrika antara 2010 dan 2019.
Saat ini, sebanyak 4.403 mahasiswa Afrika sedang menempuh pendidikan sarjana dan pascasarjana di universitas-universitas di Turki, dengan sebanyak 8.786 lulusan dari 51 negara Afrika.
Atase militer di 19 negara Afrika
Bidang kerja sama utama lainnya antara Turki dan negara-negara Afrika adalah keamanan, dengan Ankara telah mendirikan atase militer di 19 negara.
Sejak 2016, pasukan Turki telah bertugas dengan Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi PBB di Mali (MINUSMA) untuk memastikan perdamaian dan stabilitas di negara Afrika Barat, serta di Republik Afrika Tengah.
Pada 2017, Turki membentuk komando satuan tugas bersama dengan Somalia, yang merupakan pusat pelatihan militer luar negeri terbesar di Ankara. Staf militer, yang akan menjadi tulang punggung angkatan bersenjata Somalia, sedang dilatih di fasilitas ini.
Sementara itu, mahasiswa militer di Libya terus menerima pelatihan dari staf Turki di bawah nota kesepahaman untuk kerja sama keamanan dan militer yang ditandatangani antara kedua negara pada tahun 2019. (haninmazaya/arrahmah.com)