DAMASKUS (Arrahmah.com) – Pasukan rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad telah melakukan 214 serangan kimia terhadap oposisi sejak 2011, kata badan pengawas Suriah pada Rabu (4/4/2018), sebagaimana dilansir oleh Daily Sabah.
Serangan-serangan ini telah menewaskan sedikitnya 1.421 orang, termasuk 187 anak-anak dan 244 wanita, kata Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR) dalam sebuah pernyataan.
Laporan itu dirilis satu tahun setelah serangan kimia rezim di kota Khan Sheikhoun di provinsi barat laut Idlib tahun lalu, di mana lebih dari 100 orang tewas dan ratusan lainnya terluka.
Rezim Suriah telah melakukan 11 serangan kimia sejak serangan Khan Sheikhoun, menurut SNHR.
Tahun lalu, panel investigasi PBB menyimpulkan bahwa pasukan rezim Suriah bertanggung jawab atas serangan gas sarin di Khan Sheikhoun.
Video-video yang diunggah dan disebarkan oleh aktivis oposisi menunjukkan mayat-mayat tergeletak di jalan-jalan dan yang lain kejang-kejang dan mati lemas. Petugas medis di tempat kejadian mengatakan pasien menderita gejala seperti pingsan, muntah dan berbusa di mulut, mirip dengan serangan senjata kimia yang tercatat sebelumnya.
Meskipun ada kesepakatan untuk menghancurkan senjata kimianya setelah digunakan di Ghautah pada 2013, namun apakah rezim Asad menghancurkan senjata kimianya atau memproduksi ulang senjata baru tidak pernah diklarifikasi. Suriah dan sekutunya Rusia, yang memberikan dukungan militer kepada pasukan Asad, menyangkal menggunakan senjata kimia dan menyalahkan para “pemberontak”.
Penggunaan klorin sebagai senjata kimia dilarang berdasarkan Konvensi Senjata Kimia 1997. Jika terhirup, gas klorin akan berubah menjadi asam klorida di paru-paru dan mengakibatkan penumpukan cairan sehingga korban akan meninggal.
Senjata kimia telah digunakan secara sistematis dalam perang di Suriah yang telah berlangsung selama tujuh tahun, tetapi perpecahan politik antara kekuatan Barat dan Rusia telah melumpuhkan PBB dan Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW), sehingga membuat mereka tidak dapat bertindak melawan pelanggaran-pelanggaran hukum internasional yang telah dilakukan oleh Asad dan sekutunya.
Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPWC) yang berbasis di Den Haag mengatakan sebelumnya mereka memiliki bukti penggunaan gas klorin dalam serangan rezim Asad di Suriah. OPWC mengatakan bahwa rezim Suriah telah menggunakan gas klorin dalam serangan yang dilancarkannya beberapa kali. Rezim Asad setuju untuk menghancurkan senjata kimia pada tahun 2014, menyusul kemarahan global atas serangan gas sarin di Ghautah, pinggiran Damaskus pada Agustus 2013 yang menewaskan ratusan orang dalam serangan terburuk yang pernah terjadi selama seperempat abad. (Rafa/arrahmah.com)