JAKARTA (Arrahmah.com) – Aparat kepolisian yang menghubungkan penculik anak pengusaha Muzdalifah terkait ‘teroris’ dinilai sebagai upaya untuk menghancurkan dan memperburuk citra Islam.
“Kok diarahkan ke teroris, terus ada majalah Islam, ada dildo, itu kan sudah memperburuk Islam. Polisi itu, kalau teroris, itu pasti Islam,” kata pengamat terorisme, Laksamana Pertama TNI (Purn) Mulyo Wibisino seperti dilansir itoday, di Jakarta, Sabtu (26/1/2013).
Menurut mantan Komandan Satgas Intel Badan Intelijen Strategis (Bais) ini, ada kemungkinan rekayasa barang bukti kepolisian dengan menggiring opini pelakunya dari kalangan teroris.
“Barang bukti direkayasa itu biasa. Selama ini, informasi dari aparat kepolisian, coba Anda tanya sendiri pelaku penculiknya, apa benar barang bukti itu?” tegas Mulyo.
Kata Mulyo, sebaiknya polisi tidak perlu memberikan opini bahwa pelaku penculikan anak Muzdalifah itu terkait ‘teroris’. “Saya khawatir, masyarakat semakin cerdas dan kepolisian bisa dianggap bodoh dengan pernyataan itu,” jelas Mulyo.
Ia juga mengatakan, kalau pelakunya teroris dan ditemukan buku-buku jihad dan dildo itu sudah sangat bertolak belakang.
“Saya mencurigai ada motivasi lain aparat kepolisian memperlihatkan alat bukti itu. Polisi pernah menyebut pelaku teroris di Bali memesan pelacur. Saya kira masyarakat sudah tahu berbagai rekayasa yang dilakukan aparat kepolisian,” pungkasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Putut Eko Bayuseno menduga pelaku penculikan anak Muzdalifah terkait ‘teroris’. “Di laptop pelaku, kami menemukan juga tata cara membuat bom secara sederhana,” kata Putut kepada wartawan, Sabtu (26/1/2013).
Menurut Putut, polisi juga menemukan bahan kimia yang diduga potasium dan biasa digunakan sebagai pembuat bom. Tak hanya itu, penyidik juga menemukan buku-buku bertemakan jihad dari tangan pelaku.
“Karena ditemukannya bahan kimia, tata cara pembuatan bom sederhana dan buku jihad, kami akan memeriksa tersangka secara intensif,” tegas Putut.
Putut menambahkan pihaknya belum bisa menyampaikan apa kaitannya tersangka dengan temuan tersebut karena tersangka baru ditangkap pagi tadi, dan perlu pendalaman lebih lanjut.
Terkait uang tebusan Rp 4 miliar, Putut belum berani menyimpulkan, jika uang tebusan itu terkait pendanaan terorisme.
“Motifnya sementara ini meminta uang tebusan Rp 4 milyar. Kalau soal ada hubungannya dengan Fa’i, ini kan baru tadi pagi pukul 03.30 WIB ditangkap. Untuk membuktikannya perlu pendalamann dan pemeriksaan,” tutur Putut.
Siti Nurjanah atau Nana, anak Muzdalifah, seorang pengusaha, berhasil ditemukan aparat kepolisian, Sabtu (26/1/2013) Subuh, di daerah Cibubur, Jakarta Timur.
Selain menemukan Nana, polisi juga berhasil menangkap seorang penculik. Sang penculik ditembak kakinya saat berusaha melarikan diri, sementara seorang lagi berhasil kabur.