JAKARTA (Arrahmah.com) – Pengamat kontra terorisme Harits Abu Ulya mengatakan ada keterkaitan antara peristiwa di Poso dan di Dompu. Sehingga dia berkesimpulan Densus 88 bukan melakukan tindakan law enforcement tapi dendam kusumat. Sehingga berujung ditembak matinya Nurdin saat shalat Ashar.
“Terbunuhnya Fadli yang notebene orangnya Densus 88 di Poso oleh orang-orang yang ngaku MIT (Mujahidin Indonesia Timur) dibalas eksekusi dengan cara tidak kalah brutalnya oleh Densus88 terhadap Nurdin di Dompu,” kata Harits
Bak berbalas pantun, imbuh Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst ini, kekerasan dibalas kekerasan.
“Saya melihat siapapun yang melakukan tindak kekerasan yang biadab maka ia berkontribusi melahirkan kekerasan dan kebiadaban berikutnya. Penindakan hukum itu bukan dengan cara-cara melanggar hukum, karena jelas berbeda peran aparat penegak hukum dengan penjahat atas nama hukum,” ulasnya.
Namun Harits mengingatkan, cara-cara brutal Densus 88 seperti ini justru melahirkan efek kristalisasi radikalisme. “Saya menduga kuat tindakan Densus 88 terhadap Nurdin di Dompu akan melahirkan spiral kekerasan berikutnya,” prediksinya.
Telah diberitakan, diduga mata-mata Densus 88 seorang warga Poso digorok. Fadli (50 tahun) warga desa Bulog Taunca kecamatan Poso Pesisir Selatan Kabupaten Poso Sulawesi Tengah menjadi korban pembunuhan oleh sekelompok orang tidak dikenal pada Kamis (18/9/2014) malam. Dia ditemukan tewas mengenaskan dengan luka bekas sayatan benda tajam dilehernya.
Menurut polisi, korban yang diketahui petani di Desa Taunca, Kecamatan Poso Pesisir ditemukan tewas didepan rumahnya setelah didatangi tiga orang tak dikenal yang mengenakan topeng.
Selang dua hari kemudian, Densus 88 Polri menembak mati Nurdin saat dia sedang shalat Ashar di rumah orang tuanya di Desa O”o, Kecamatan Dompu, Sabtu (20/9/2014). Nurdin merupakan adik almarhum Ustadz Firdaus dari pondok pesantren Umar Bin Khothob. Terjangan timah panas Densus menembus kepala dan lehernya.
“Kami sekeluarga sangat terpukul dan tidak terima dengan cara Densus, karena saat itu aku dan suamiku sedang sholat berjamaah di rumah mertuaku. Kami sholat berdua, dan beliau imamnya, namun beberapa saat kemudian Densus langsung masuk dengan menendang pintu rumah dan langsung menembak suamiku yang sedang sholat, kepala pecah dengan otak berserakan serta bagian leher tembus oleh peluru,” ungkap istri almarhum Nurdin. (azm/arrahmah.com)