Jum’at, 27 November 2009 redaksi arrahmah.com pernah menurunkan tulisan berjudul “Pengalamanku bertemu Syekh Usamah bin Ladin”. Tulisan tersebut merupakan kisah seorang ikhwan yang berjihad di bumi Afghanistan dan mendapatkan kesempatan langka bertemu langsung dan bertatap muka dengan Syekh Usamah bin Ladin. Kini, tulisan tersebut kami turunkan kembali secara lengkap untuk mengetahui (dari orang yang benar-benar pernah menemui beliau) seperti apa Syekh Usamah bin Ladin ketika berada di bumi jihad ? Bagaimana akhlak dan perilaku beliau ? Apa manhaj beliau ? Berikut penuturannya…!
Di Medan Pertempuran
Ada beberapa jabhah (front) yang pernah saya terjuni dan adapula beberapa kali operasi perang yang saya ikuti, tetapi rasanya tidak ada faedahnya sama sekali jika saya ceritakan disini, terutama bagi saya sendiri.
Saya disini hanya akan menceritakan sedikit kenangan manis saya, semasa di Front Joji Paktia Afghanistan, terutama perjumpaanku dan perkenalanku dengan Asy-Syekh Usamah bin Ladin rhm pada sekitar pertengahan tahun 1987.
Joji adalah suatu tempat pegunungan atau perbukitan yang letaknya di wilayah Paktia, wilayah bagian selatan Afghanistan, perbatasan dengan wilayah Pakistan tempatnya sangat indah dibandingkan dengan tempat-tempat lain yang pernah saya kunjungi karena dipenuhi dengan pepohonan sejenis cemara atau pinus, sedang di tempat lain hanya terlihat bebatuan belaka, tempatnya sangat dingin lagi sejuk, jika datang musim dingin saljunya tinggi bisa mencapai dua meter atau lebih.
Pegunungan dan perbukitan ini sangat strategis baik untuk pertahanan maupun penyerangan bagi kedua belah pihak baik bagi mujahidin maupun bagi pasukan kafir komunis Rusia.
Strategis bagi mujahidin karena ia merupakan pintu masuk utama untuk pengiriman logistik, amunisi, pasukan dan sebagainya dan sangat strategis untuk penyerangan sebab tempatnya tinggi, sangat membantu para mujahidin untuk menyerang tempat-tempat di sekitarnya yang belum dikuasai baik dengan pasukan infantri maupun artilerinya.
Adapun bagi tentara kafir komunis Rusia, tempat ini sangat berharga lagi mahal, mereka siap membeli tempat ini seandainya dijual dengan berapapun bayarannya, sebab dengan menguasai Joji, akan dapat mengunci mati pergerakan mujahidin di daerah ini, dengan kata lain, mujahidin tidak bisa memasuki wilayah Afghan, jika hendak memasuki akan dengan mudah disekat dan dipatahkan, maka dengan terpaksa mujahidin akan meletakkan basenya di daerah wilayah Pakistan.
Jika para mujahidin tidak dapat memasuki wialyah Afghanistan, maka mereka tidak dapat melancarkan serangan, khususnya dengan senjata-senjata Artilery, sebab serangan tidak mungkin dilancarkan dari negeri tetangga, sebab ketika itu tentunya sangat sensitif sekali disamping menjaga hubungan saudara sesama muslim dengan Pakistan terutama dengan Almarhum Dhiya-Ul-Haq selaku Presiden Pakistan pada saat itu dan pada saat itu boleh dikata beliau adalah bapak asuh para Mujahidin.
Karena begitu strategisnya Joji bagi kedua belah pihak yang sedang bertempur, maka tempat ini sering sekali menjadi ajang pertempuran baik daratnya maupun udaranya, hingga dikuasai oleh mujahidin sepenuhnya dan menjadi aman dari serangan musuh karena tempat-tempat lain di sekitarnya telah dapat ditaklukan semuanya kalau tidak salah pada akhir 1987 atau awal 1988-an.
Di medan Joji juga terkenal dengan bunker-bunkernya (rumah bawah tanah) hampir seluruh mujahidin yang berada di front tersebut, camp mereka berada di dalam tanah, ada satu terowongan raksasa di bawah gunung yang dibuat oleh Mujahidin yang mana ribuan senjata bisa masuk bahkan berpuluh-puluh kendaraan berat bisa sampai di dalamnya.
Bertemu Syekh Usamah bin Ladin
Ikhwah mujahidin Arab mencatat sejarah rekor yang gemilang dalam peperangan Afghanistan dari melawan tentara kafir beruang merah dan bonekanya, kemudian memerangi kaum bughot dan munafikin hingga perang melawan tentara Salibis kafir yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Sungguh jasa mereka besar sekali dalam membangun jabhah (front pertempuran) dan pertahanan di Joji, mereka membuat bunker-bunker dan trenche-trenche (parit perlindungan), bekerjasama dengan tandzhim-tandzhim Mujahidin Afghanistan terutama dengan Ittihad Al-Islamyyah yang dipimpin oleh Asy-Syekh AbdurRabbi Rasul Sayyaf pada saat itu, mereka tidak hanya berjasa dalam menyediakan fasilitas bahkan dalam setiap penyerangan ditempat tersebut, merekalah yang menjadi ujung tombaknya.
Hampir setiap petahanan terdepan Joji yang berdekatan dengan musuh diduduki oleh Ikhwah Arab ada satu-dua camp yang diduduki oleh mujahidin Afghanistan termasuk dari tandzhim Hizbul Islam pimpinan Al-Muhandis Ghulbuddin Hikmatyar, mereka berhasil menggali trenches dan membuat bunker di daerah paling depan yang menjorok ke daerah musuh, di daerah dan tempat ini mereka namakan “Ma’sadah” (tempat berkumpulnya para singa), maksudnya tempat berkumpulnya para mujahidin yang senantiasa siap menerkam dan mengganyang musuh-musuhnya, di tempat inilah Asy-Syekh Usamah bin Ladin hfz berada, beliau adalah komandan umum bagi seluruh mujahidin Arab yang ada di tempat itu, beliaulah yang memimpin pertempuran secara langsung.
Di ma’sadah inilah saya diperkenalkan oleh Allah swt dengan beliau yaitu di sebuah bunker bawah tanah yang tertutup dengan salju yang sangat tebal dalam keadaan gelap gulita hanya ada pelita kecil yang menyinarinya.
Semula saya tidak menyangka sama sekali kalau beliau itu Asy-Syekh Usamah bin Ladin, karena sebelumnya saya belum mengenali secara pasti atau dari dekat, memang saya pernah melihat sekilas saja lagi pula hanya dari kejauhan, disamping itu saya tidak mendengar seorangpun dari ikhwah Arab yang memanggil beliau dengan namanya pada saat itu, semuanya memanggil dengan nama Kuniyah yaitu : Abu Abdullah, sedangkan pada begitu banyaknya nama kuniyah dengan nama depan Abu, termasuk Abu Abdullah.
Tetapi alhamdulillah ada salah seorang mujahid Arab pelan-pelan membisikkan di telinga saya, katanya : “Ta’rif Anta ya Akhi?” (Kenalkah anda wahai saudaraku?), sayapun bertanya kembali, “Maaza?” (Apa?), Akhi itu mengatakan, “Haaza…Huwa Asy-Syekh Usamah Ibnu Ladin.” Saya ketika itu merasa kurang percaya, lalu akh tersebut menambahkan “Uqsimu Billah” (Saya bersumpah demi Allah), begitulah kebiasaan orang Arab untuk mempercayai apa yang disampaikan.
Dengan informasi ini saya tidak menyia-nyiakan kesempatan dan peluang yang berharga ini, sayapun mulai memperkenalkan nama kuniah saya kepada beliau dengan tambahan ucapan-ucapan yang bersifat familier seperti : “Kaifa Hallukum?“, “Kaifa Shihatukum“, “Kaifa Akhbarukum?” (bagaimana keadaanmu, kesehatanmu, berita-beritamu), maka beliaupun menanggapi dengan senyum dan pandangan matanya yang khas sambil bertanya juga, “Kaifa Hallukum?“, “Kaifa Shihatukum“, “Kaifa Akhbarukum?
Hanya sebatas inilah perkenalanku dengan beliau, memang begitulah adab-adab perkenalan yang biasa dilakukan oleh mujahidin, masing-masing menjaga kerahasiaan satu dengan yang lain, sehingga satu sama lain saling tidak mengenali berasal dari negara mana ia datang, paling-paling sebatas terka-menerka, kecuali orang-orang tertentu saja yang mengetahui, jadi tidak ada seorang mujahidpun yang menyibukkan diri dengan bertanya, misalnya, Anda dari mana?, dengan siapa? Naik apa? dan lain sebagainya.
Biasanya orang yang menyibukkan diri dengan hal ini adalah para intel yang ditugaskan meskipun tidak semuanya, ada juga yang karena kebiasaan dan pembawaan sehingga sukar merubahnya, biasanya kalau ternyata dia seorang intel atau munafikin yang ditugaskan, pasti tidak betah untuk tinggal lama berada di Front bahkan ada juga yang baru satu atau dua hari, karena serangan bom musuh yang bertubi-tubi dia seperti cacing kepanasan ingin kembali ke negerinya atau ke tempat yang aman, bahkan ada yang akhirnya mengaku bahwa sebenarnya dirinya itu adalah seorang intel sembari merajuk dengan penuh kehinaan.
Dari masa-ke masa dari waktu-ke waktu dari hari-kehari saya dengan diam-diam memperhatikan kepribadian beliau sebab pada saat itu saya punya satu keyakinan bahwa Allah swt telah memberkati umur saya dengan dipertemukan bersama sosok hamba Allah yang memiliki keutamaan, dengan kelebihan yang tidak diberikan kepada yang lainnya.
Jika melihat beliau seolah-olah saya dipertemukan dengan salah seorang sahabat Nabi saw, yaitu Utsman bin Affan r.a atau Abdurrahman bin Auf, r.a karena pada beliau-beliau r.a ada salah satu sifat yang menyamainya, yaitu terjun ke medan perang dengan harta dan jiwanya.
Asy-Syekh Usamah bin Ladin hfz, sebagaimana yang telah dimaklumi umum bahwa beliau adalah seseorang yang boleh dikatakan bukan hanya sebagai millioner saja tetapi billioner atau lebih dari itu, namun beliau tidak menggunakan kekayaannya seperti kebiasaan orang kaya menggunakan hartanya, malah beliau terjun ke medan perang dnegan harta dan jiwanya dan siap hidup zuhud di medan perang sebagaimana mujahidin yang lain, maka ketika itu bisikan hati saya mengatakan orang seperti ini bukan mansuia sembarangan belum tentu dalam jutaan manusia ada satu orang dan sayapun hingga hari ini belum menemukan orang yang menyamainya.
Memang ada satu tabiat pada diri saya mudah-mudahan tabiat ini baik menurut Allah swt yaitu, saya dengan hamba allah yang punya kelebihan dan keutamaan, khususnya dalam urusan dien, meskipun orang tersebut dalam pandangan orang lain tidak ada kedudukan apa-apa bahkan dipandang remeh, sebab sangat sulit untuk mencari seseorang yang mempunyai satu kelebihan kemudian dengan kelebihannya itu berperan penting dalam suatu program yang sesuai sehinga dengan kehadirannya menambah kemajuan besar bagi Isalm dan kaum muslimin.
Rasulullah saw bersabda :
“Manusia itu bagaikan unta, dalam seratus unta anda tidak mendapati satu ekorpun darinya yang bisa dijadikan tunggangan yang baik.”
Maka kalau kita perhatikan sepanjang sejarah perjalanan manusia sebenarnya tidak banyak orang-orang yang diberi kelebihan oleh Allah swt. Manusia yang dipilih menjadi Rasul-Nya hanya 25 orang saja, Ash-Shodiqin, Asy-Syuhada’, Ash-Sholihihnnyapun terbatas jika dibandingkan dengan jumlah mayoritasnya.
Ulama’ fuqoha’, pakar-pakar tafsir (mufassirin) dari zaman sahabat r.a, hingga tabi’ut-tabi’in pun sangat terbatas, perawi-perawi hadits khususnya yang bertitel mukhorrij hanya beberapa orang saja, tidak sampai seratus jumlahnya.
Kembali mengenai Syekh Usamah bin Ladin, sebagaimana yang telah saya sampaikan sebelumnya, saya mulai memperhatikan kepribadian dan sifat-sifat utamanya, bagaimana berdirinya, duduknya, cara bercakap-cakap, cara berjalan, cara makan, ketawanya, senyumnya, pergaulannya dengan orang lain, bagaimana bahasanya, cara berpakaian, cara mendidik anaknya, nasehat-nasehat yang disampaikan dan sebagainya.
Maka kesimpulan saya –Wallahu a’lam bis-showwab- beliau adalah salah seorang laki-laki yang tidak keluar dari fikirannya, ucapannya dan perbuatannya serta gerak-geriknya kecuali mengandung hikmah, saya tidak megatakan bahwa dia adalah maksum, sebab yang maksum adalah Rasulullah saw, namun begitulah penilaian saya selama saya bergaul dengan beliau dan saya tidak mensucikan seorangpun selain Allah.
Saya hanya menilai dari segi lahirnya adapun batinnya Allah swt yang Maha Tahu, dan siapapun tidak bisa memonitor beliau terus-menerus selama 24 jam sehari-semalam karena hal tersebut sangat tidak mungkin saya lakukan, tetapi dengan pergaulan yang pernah saya alami, saya bisa memberikan beberapa penilaian mudah-mudahan penilaian ini tidak berlebih-lebihan dan tidak pula terlalu kurang (tidak ifrath dan tafrith). Penilaian itu antara lain :
1. Aqidah.
Beliau beraqidah salaf, dengan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah hal ini sering beliau nyatakan sendiri dengan lisannya.
2. Madzhab Fiqh.
Saya tidak atau belum mendapatkan informasi tentang madzhab fiqih yang beliau ikuti apakah beliau mengikuti Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali atau Dzhahiri, tetapi yang jelas cara beliau beribadah terutama sifat sholat beliau mengikuti sunnah Nabi saw.
3. Akhlak dan Adab.
Sebagaimana yang telah saya uraikan sebelumnya beliau termasuk orang yang sangat memegang dan memperhatikan akhlak dan adab baik akhlak-akhlak yang asas maupun yang nampaknya kecil Akhlak Asas contohnya :
Al-Wala wal Bara’
Beliau sangat kasih sayang kepada orang yang beriman dari manapun juga dan dari Harokah atau Jamaah apapun juga.
Keras terhadap orang-orang kafir. Hal ini sangat menonjol sekali khususnya terhadap musuh-musuh Islam Yahudi Amerika dan sekutu-sekutunya, barangkali karena inilah beliau menduduki rangking pertama dalam sejarah manusia –wallahu a’lam– sosok manusia yang paling ditakuti dan dicari oleh seluruh musuh-musuh Islam baik yang di timur maupun yang di barat, baik yang kafir maupun yang musyrik atau yang munafik dan ini merupakan keutamaan yang Allah swt berikan kepada beliau, posisi beliau menjadikan orang-orang kafir yang berada di bawah kolong langit ini semua marah.
Allah Swt berfirman dalam surat At-Taubah (9) : 120.
“Dan tidak pula menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh melainkan dituliskan bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal sholeh.”
Subhanallah– jika beliau Ikhlas berapa banyak setiap detiknya amal sholeh yang beliau dapat kantongi meskipun hanya tidur di tempat persembunyiannya saja.
Saya jadi teringat keutamaan para Ashabul Kahfi, yang ditidurkan oleh Allah selama 300 tahun, jika dihitung dengan tahun Masehi dan 309 jika dihitung dengan tahun Hijriyah, mereka para pemuda itu tidur saja ditakuti.
Lihat firman Allah surat Al-Kahfi (18) : 18.
“Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari merka dengan melarikan diri dan tentulah hati kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka.”
Kalau kita, jungkir balik pun musuh tidak ada rasa takut sedikitpun pada diri kita, apa rahasianya..? karena Iman kita lemah dan ruhul Jihad tidak ada..
Beliau juga menjaga adab-adab sebagai contoh :
- Adab Makan.
Kebiasaan orang Arab termasuk juga Afghan dan mayoritas manusia di muka bumi kecuali yang dirahmati Allah- kurang memperhatikan terutama dalam membuang atau menyisakan makanan atau tercecernya ketika makan, padahal dalam hadits sampai yang jatuhpun diperintahkan untuk dibersihkan dan agar dimakan lagi, tidak boleh menyisakan makanan di tempatnya karena siapa tahui justru di situ ada barakahnya.
Beliau..-Subhanallah- kalau makan tidak ada satupun nasi yang jatuh di hadapan saya, hal ini sangat mengherankan saya karena mampu melawan kebiasaan yang telah membudaya.
- Penampilan Harian.
Beliau selalu membawa mushaf kecil, senjata (rifle) sejenis AK (Authomatic Kalashnikov) atau Klashenkov dan tongkat. Ketiga-tiganya mushaf, senjata (rifle) dan membawa tongkat adalah bagian dari Sunnah.
- Adab berbicara dengan orang lain.
Beliau jika berbicara dengan orang lain (bukan di dalam majelis) beliau biasanya menghadapkan seluruh anggota badanya kepada orang yang diajak bicara sambil menebar senyuman jika diperlukan atau terkadang berubah serta merta menjadi serius sekali dengan tatapan mata yang sangat tajam.
Wallahu’alam bis showab!
(M Fachry/arrahmah.com)