Ketika ribuan tentara penjajah AS masuk ke wilayah pusat kota Marjah, mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi ledakan bom ranjau yang telah ditanam diberbagai tempat oleh Mujahidin Imarah Islam Afghanistan.
Ternyata, Mujahidin tidak hanya mengandalkan serangan bom ranjau dalam pertempuran besar di Marjah, Mujahidin IIA menyebar penembak jitu mereka ke berbagai tempat untuk menargetkan tentara salibis AS dan sekutunya.
Kopral Thomas Gibbsons-Neff (22), seorang penembak jitu dari Darien, Connecticut, menghabiskan hari dalam posisi tunggal di desa Koru Chareh di kota Marjah, matanya selalu membidik senjatanya untuk menunggu Mujahidin yang mungkin akan melintas dihadapannya.
“Kami tidak pernag mengalami ancaman seperti ini, musuh sangat terlatih. Pada tahun 2008 sangat berbeda dengan saat ini,” ujar Gibbsons-Neff yang juga pernah ditempatkan di Helmand pada 2008.
Tentara tersebut enggan menggunakan sitilah “penembak jitu” merujuk kepada Mujahidin IIA, dan lebih suka menyebut mereka “penembak jitu terlatih” karena keterampilan mereka sangat jauh membaik sejak tahun lalu.
Peluru kosong ditemukan berserakan di luar mesjid, Gibbons-neff meyakini seorang penembak jitu yang menggunakannya pada satu posisi di desa Koru Chareh.
Ketika Batalion pertama dari perusahaan Bravo dimana Gibbons-neff menjadi salah satu anggotanya tiba di Marjah, mereka menghadapi serangan langsung dari Mujahidin IIA dari segala arah. Setelah mengangkut jenazah rekan mereka di hari pertama, sangat jelas terlihat bahwa bahaya di Marjah bukanlah bom, namun pejuang terlatih yang dilengkapi dengan perlengkapan sangat baik.
“Mereka pasti lebih terlatih dari yang saya pikirkan,” ujar Tim Coderre, seorang penasehat hukum untuk perusahaan Bravo yang digunakan untuk regu penembak jitu di Irak.
Semua korban dari perusahaan Bravo sejauh ini merupakan hasil dari penembak jitu IIA. Coderre pernah menemukan seorang penembak jitu dari kelompok Mujahidin dan mengatakan ia melihat penembak jitu tersebut membawa senapan yang pernah digunakan dalam Perang Dunia Kedua.
“Membandingkan ini dengan Irak, aku sangat terkejut dengan akurasinya. Sangat mampu dan mahir, sebuah tim, dua orang, bisa dibayangkan menekan besarnya kelompok tiga perusahaan,” ujar Coderre.
Sementara tembakan para penembak jitu membuat tentara musuh terkejut dan membuat banyak orang menyangka IIA memiliki latihan khusus yang sangat disiplin untuk para penembak jitu mereka, Mujahidin juga masih menggunakan bom ranjau yang menjadi ciri khas dan telah menyebabkan banyak kematian tentara penjajah dalam perang tersebut.
“Operasi ini menjadi semakin hiruk-pikuk, bom ranjau dimana-mana dengan jenis yang berbeda, seperti pertahanan Taliban dan sebuah langkah untuk menghalangi kami masuk. Dan kini mereka menyebar penembak jitu untuk lebih menyakiti kami,” ujar Staf Sersan Thomas Williams dari Kanada, seorang penembak jitu saat di Irak. (haninmazaya/arrahmah.com)