GORONTALO (Arrahmah.com) – Seorang pria eks anggota gerombolan sesat Gafatar berinisial JK mengaku, jika kelompok yang mengasingkan diri di Kalimantan berencana akan membeli senjata dari hasil kebun yang kini sudah digarap oleh eks pengikut Gafatar di Kalimantan.
“Senjata itu untuk perang melawan orang-orang yang memusuhinya,” katanya dikutip dari Trans7 Kamis (28/1/2016) pagi.
JK, yang warga Gorontalo ini sempat menjadi pengikut Gafatar dan tinggal bersama pengikut lainnya di Desa Kampung Mendung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
Menurut pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjual minuman keliling ini anggota Gafatar yang bermukim bersamanya di Kalimantan Timur diperkirakan sudah mencapai 6.000 orang.
Saat itu, dirinya dibujuk oleh anggota Gafatar di Gorontalo. JK diiming-imingi akan disediakan tempat tinggal dan lahan untuk berkebun. Bahkan ia sempat juga dijanjikan akan dijadikan pemimpin serta mendapatkan honor.
“Karena itu awal Januari 2015, saya berangkat bersama 20 orang asal Gorontalo ke desa tempat permukiman Gafatar di Kalimantan Timur,” kata JK, Rabu (27/1), lansir Viva.
Namun, sesampainya di lokasi. JK mulai merasa janggal dengan ajaran yang diajarkan kepadanya. Seluruhnya menurut JK bertentangan dengan agama yang dianutnya yakni Islam. “Saya bahkan beberapa kali memprotes ajaran mereka. Tapi tidak digubris,” kata JK.
Puncaknya, JK semakin tidak tahan ketika muncul arahan dari kelompok Gafatar untuk beraktivitas militer. Mereka diharuskan berkebun dengan tujuan untuk ditabung guna membeli senjata.
“Nanti semua orang akan dilatih militer untuk melawan orang-orang yang bertentangan dengan ajaran Gafatar. Begitu mereka menanamkan,” kata JK.
Hingga kemudian di akhir Desember 2015. Kekesalan JK pun semakin memuncak. Seluruh janji yang pernah disampaikan kepadanya pada awal masuk semuanya sirna. Ditambah lagi dengan kejanggalan semua rencana kelompok Gafatar.
Karena itu, JK bersama istri dan anaknya pun memutuskan untuk melarikan diri dari kampung itu. “Selama dua hari saya berjalan kaki meninggalkan kampung untuk sampai ke Mapolsek Muaralawa dan meminta dijemput keluarga,” kata JK.
Kini, pengakuan JK, sejak keputusannya melarikan diri dari kampung Gafatar di Kalimantan Timur. JK mengaku kerap mendapat ancaman dari anggota Gafatar yang masih aktif.
“Mereka masih sering mengancam. Tapi saya sudah tidak peduli. Saya ingin hidup normal,” katanya.
Hingga berita ini dipublikasikan belum ada satupun petinggi Gafatar yang dibekuk polisi. Justru Mafhul. M. Tumanurung petinggi Gafatar, Selasa (26/1/2016), unjuk gigi di gedung YLBHI Jl. Diponegoro Jakarta, menyatakan Gafatar keluar dari Islam dan menganut agana Millah Ibrahim, yang ajarannya menggabungkan Al Qur’an dan bibel.
Bahkan mulut Mafhul Tumanurung malah mengecam Majelis Ulama Indonesia (MUI). Katanya bukan hak MUI untuk mengeluarkan pernyataan sesat kepada Gafatar.
“Untuk itu, bukan pada tempatnya Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa sesat kepada kami atau Gafatar sebagai organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang sosial budaya yang berasaskan Pancasila seperti yang tertulis dalam AD/ART kami,” ucapnya, lansir detik. (azm/arrahmah.com)