NEW DELHI (Arrahmah.com) – Mahkamah Agung India pada Jumat (10/5/2019) memperpanjang jangka waktu tiga bulan untuk panel arbitrase perselisihan selama puluhan tahun atas rencana untuk membangun sebuah kuil Hindu di atas reruntuhan masjid Babri yang dibangun abad ke-16 di kota utara Ayodhya.
Perpanjangan itu membuat masalah yang diperdebatkan ini memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk memicu ketegangan agama selama pemilihan umum tujuh tahap yang dimulai pada 11 April, dan perhitungan suara pada 23 Mei.
Panel itu telah diberikan hingga 15 Agustus, Ketua Hakim Ranjan Gogoi mengatakan, meningkatkan harapan untuk penyelesaian perselisihan agama terbesar di India, dengan sejarah kerusuhan yang meletus di banyak bagian negara itu.
“Ada permintaan dari panel mediator untuk memperpanjang jangka waktu hingga 15 Agustus dan kami telah sepakat,” ujar Gogoi setelah menerima laporan awal dari panel.
Perpanjangan datang setelah panel, yang didirikan pada bulan Maret dengan tenggat waktu awal delapan minggu dan dipimpin oleh mantan hakim F. M. Kalifulla, menyerahkan laporan, yang tidak dipublikasikan.
Beberapa bulan sebelum pemilihan, Perdana Menteri Narendra Modi dan Partai Bharatiya Janata telah memenuhi permintaan mereka untuk membangun sebuah kuil di lokasi yang oleh banyak umat Hindu dianggap sebagai tempat kelahiran dewa Ram.
Massa Hindu yang kejam menghancurkan masjid di Ayodhya pada tahun 1992, yang memicu kerusuhan yang menewaskan sekitar 2.000 orang dalam salah satu episode kekerasan sektarian terburuk sejak pemisahan India dari Pakistan pada saat kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Inggris pada tahun 1947.
Sejak pembongkaran masjid, Mahkamah Agung telah mengendalikan tempat yang berlokasi di negara bagian Uttar Pradesh yang berpenduduk paling padat di India ini.
Mahkamah Agung, yang telah mempertimbangkan petisi dari komunitas Hindu dan Muslim tentang apa yang harus dibangun di Ayodhya, membentuk panel arbitrase pada 8 Maret.
Kelompok-kelompok Hindu mengatakan ada sebuah kuil di lokasi itu di Ayodhya sebelum masjid itu didirikan oleh Baqi Tashqandi (lebih dikenal dengan Mir Baqi) atas perintah pemimpin kekaisaran Mughal pada 1528.
Perselisihan ini memicu ketegangan antara mayoritas Hindu dan minoritas Muslim, yang merupakan sekitar 14 persen dari populasi India yang berjumlah 1,3 miliar. (Althaf/arrahmah.com)