KAIRO (Arrahmah.com) – Pengadilan Pidana Kairo pada hari Selasa (11/3/2014) menetapkan perpanjangan penahanan koresponden stasiun TV Al-Jazeera Abdullah Asy-Syami dan lebih dari 400 demonstran anti kudeta militer selama 45 hari. Mereka ditangkap, ditahan dan diadili oleh junta militer Mesir atas kasus pembubaran demonstran anti kudeta militer di Rabi’ah Square pada Agustus 2013 lalu, Al-Jazeera melaporkan.
Tim pengacara Abdullah Asy-Syami dan keempat ratus demonstran melakukan aksi walk out setelah pihak pengadilan tidak memperkenankan pembelaan atas masing-masing terdakwa secara personal.
Abdullah Asy-Syami ditangkap saat ia meliput proses pembubaran demonstran anti kudeta militer di Rabi’ah Square. Dalam peristiwa tersebut pasukan keamanan Mesir melakukan penggunaan kekuatan secara berlebihan sehingga menewaskan ratusan demonstran sipil muslim. Banyak diantara korban tewas adalah anak-anak, wanita dan korban cedera yang dirawat di rumah sakit lapangan.
Abdullah Asy-Syami telah mendekam di penjara selama lebih dari tujuh bulan. Masa penahanannya selalu diperpanjang setiap 45 hari sekali.
Al-Jazeera menyebutkan Abdullah Asy-Syami dan 322 terdakwa lainnya yang ditangkap saat pembubaran demonstrasi di Rabi’ah Square telah melakukan aksi mogok makan parsial di penjara sejak beberapa pekan terakhir. Mereka mengeluhkan perlakuan buruk sipir penjara dan sel mereka yang yang penuh sesak dengan terdakwa dan binatang serangga.
Parlemen Mesir telah menolak untuk membebaskan Abdullah Asy-Syami meskipun tim pengacara TV Al-Jazeera mengajukan surat yang menegaskan tiadanya alasan yang membenarkan perpanjangan penahanan tersebut, dimana ia bekerja pada lembaga media yang sudah terkenal dan kondisi perekonomian keluarganya stabil.
Stasiun TV Al-Jazeera belum lama ini kembali mengajukan tuntutan kepada junta militer Mesir untuk segera membebaskan Abdullah Asy-Syami, mengingat tiadanya tuduhan spesifik terhadapnya. Al-Jazeera menegaskan junta militer Mesir bertanggung jawab atas keselamatan korespondennya tersebut.
Kantor stasiun TV Al-Jazeera wilayah Mesir diserbu oleh pasukan keamanan Mesir paska kudeta militer pada 3 Juli 2013. Seluruh peralatan media dan kantor Al-Jazeera wilayah Mesir sampai saat ini masih disita oleh militer Mesir. Junta militer Mesir dan media massa pendukung kudeta militer Mesir menuding Al-Jazeera melanggar profesionalisme dalam bidang jurnalistik. Al-Jazeera adalah salah satu media internasional yang berani memberitakan kebiadaban junta militer Mesir dalam membantai ribuan demonstran sipil anti kudeta militer di Rabi’ah Square, Nahdhah Square dan wilayah-wilayah lainnya.
(muhib al majdi/arrahmah.com)