TRIPOLI (Arrahmah.id) – Pengadilan Libya pada Senin (29/5/2023) menghukum mati 35 jihadis karena bergabung bersama ISIS di negara Afrika utara itu selama kekacauan menyusul jatuhnya diktator Muammar Khadafi, kata wartawan AFP di pengadilan.
Ini adalah kelompok pertama dari 320 tersangka jihadis ISIS yang diadili dan dihukum.
ISIS telah merebut kota pesisir tengah Sirte pada 2015, mendirikan benteng sebelum diusir pada tahun berikutnya oleh pasukan yang setia kepada Pemerintah Kesepakatan Nasional yang berbasis di Tripoli yang berkuasa saat itu.
Tiga belas terdakwa lainnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, setelah persidangan yang dimulai Agustus lalu di kota barat Misrata, kata wartawan AFP.
Beberapa lainnya dibebaskan tetapi berapa tepatnya tidak jelas.
Selain itu, pengadilan menjatuhkan hukuman masing-masing 10 tahun penjara kepada tiga anak di bawah umur, kata pengacara Lotfi Mohaychem, yang mewakili keluarga pejuang anti-ISIS yang tewas dalam pertempuran untuk Sirte.
Para tersangka muncul di dermaga dengan pakaian terusan penjara berwarna biru, berjanggut dan dengan kepala gundul.
Kerabat dari mereka yang tewas dalam pertempuran Sirte memenuhi ruang sidang yang penuh sesak.
“Sebagai pengacara keluarga korban, kami melihat putusan pengadilan sangat memuaskan dan sangat adil,” kata Mohaychem. “Pengadilan menghukum mereka yang terbukti bersalah dan membebaskan mereka yang tidak memiliki cukup bukti.”
Saat vonis dibacakan, sorakan kegirangan dan tepuk tangan memenuhi ruangan disertai teriakan, “Allahu Akbar” dan, “Darah para Syuhada tidak tertumpah dengan sia-sia”.
Mostafa Salem Trabelsi, yang mengenalkan dirinya sebagai paman dari salah satu korban dan ayah dari korban lain yang hilang, mengatakan dia merasa lega meski masih terasa sakit.
Libya jatuh ke dalam lebih dari satu dekade kekacauan dan pelanggaran hukum setelah pemberontakan yang didukung NATO 2011 yang menyebabkan pencopotan dan pembunuhan diktator lama Khadafi.
Sejumlah Lusinan milisi dan kelompok jihadis memanfaatkan kekosongan kekuasaan, ISIS mendirikan pangkalan di Sirte dan kota timur Derna sebelum diusir dengan bantuan serangan udara pimpinan AS. (zarahamala/arrahmah.id)