ISTANBUL (Arrahmah.com) – Pengadilan di Istanbul pada Ahad (24/7/2016) menjebloskasn 36 tentara ke dalam tahanan terkait percobaan kudeta 15 Juli.
Para tentara, yang bertanggung jawab di Akademi Militer Kuleli, telah ditahan oleh kantor kepala kejaksaan di Istanbul sebagai bagian dari penyelidikan terhadap organisasi Fethullah.
Hakim yang menangani kasus tersebut mengatakan bahwa “perintah ilegal tidak bisa dipatuhi dan kejahatan yang diketahui oleh masyarakat sebagai kudeta, yang bertujuan untuk mengubah konstitusi, tidak dapat dilaksanakan tanpa tentara yang berpartisipasi.”
Totalnya, 50 tentara telah hadir di pengadilan; 14 tersangka dibebaskan.
Dalam kesaksian mereka, beberapa prajurit menceritakan bagaimana mereka diperintahkan untuk menembaki warga sipil.
Tentara Safak Korkut mengatakan bahwa kaptennya menunjuk ke orang yang keluar dari masjid sekitar waktu sholat subuh. “Mereka keluar dari masjid dan menyeberang jalan tanpa perlawanan. Tapi kami mengira ada ekstrimis di sana,” kata Korkut, sebagaimana dilansir World Bulletin.
Sersan Sezgin Yaris mengatakan bahwa ketika ia melihat Kolonel Mursel Cikrikci memukuli seorang polisi, ia bertanya pada dirinya sendiri, “jenis latihan militer apa ini?”
Soldier Senol Kilic menambahkan: “Kapten-kapten menembak warga sipil. Mereka menggunakan senapan G3 dan terus menembak sampai klip mereka hampir kosong.”
Percobaan kudeta mematikan terjadi akhir Jumat, 15 Juli, 2016 ketika oknum-oknum dari militer Turki mencoba untuk menggulingkan pemerintah terpilih di negara itu.
Pemerintah Turki telah berulang kali mengatakan bahwa dalang dari percobaan kudeta mematikan pada 15 Juli, yang menyebabkan setidaknya 246 orang tewas dan melukai lebih dari 2.100 orang, dilancarkan oleh pengikut Fetullah Gulen yang berbasis di AS.
Gulen juga dituding melancarkan kampanye yang telah berlangsung lama untuk menggulingkan negara melalui penyusupan ke lembaga-lembaga Turki, khususnya militer, polisi dan peradilan, dan membentuk apa yang dikenal sebagai “negara paralel”.
(ameera/arrahmah.com)