TEHERAN (Arrahmah.com) – Kepala pengadilan Iran Ebrahim Raisi meminta layanan keamanan negara pada hari Senin (30/11/2020) untuk menindak “jaringan infiltrasi” setelah pembunuhan seorang ilmuwan nuklir militer Iran.
“Badan intelijen dan keamanan tidak boleh ragu-ragu dalam mengidentifikasi dan menghancurkan jaringan infiltrasi di seluruh negeri dan mereka yang bersekongkol dengan musuh dari dalam,” kata kantor berita semi-resmi Mehr mengutip Raisi.
Mohsen Fakhrizadeh, yang diyakini oleh Barat sebagai arsitek program nuklir militer rahasia Iran, tewas dalam penyergapan di dekat Teheran pada hari Jumat (27/11).
Para pejabat Iran menuduh “Israel” berada di balik pembunuhan Fakhrizadeh dan bersumpah akan membalas. Sementara itu, “Israel” menolak berkomentar tentang pembunuhan itu.
Raisi, seorang tokoh kuat yang dianggap sebagai penerus Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei, menyerukan pembentukan panitia pengadilan khusus untuk mengadili para pelaku.
Aktivis hak asasi Iran telah menyatakan keprihatinan bahwa pihak berwenang dapat melakukan penangkapan sewenang-wenang.
Raisi juga mengkritik seruan untuk menahan diri oleh kekuatan Barat setelah pembunuhan tersebut, dengan mengatakan: “Orang Barat yang menyerukan pengekangan dalam menanggapi pembunuhan sebenarnya memberikan lampu hijau kepada teroris.”
Pembunuhan dan sanksi adalah “dua sisi dari mata uang yang sama,” tambah Raisi, yang menyatakan: “Adalah salah mengharapkan pencabutan sanksi melalui negosiasi. Pengalaman telah menunjukkan bahwa seseorang harus kuat melawan mereka yang memberikan sanksi dan melakukan pembunuhan.” (Althaf/arrahmah.com)