KUALA LUMPUR (Arrahmah.com) – Persatuan pengacara Muslim di Malaysia memprotes rencana kedatangan Irshad Manji untuk di Kuala Lumpur Malaysia untuk berbicara disebuah program acara, dan meminta Irshad Manji untuk keluar meninggalkan negara tersebut.
Rencananya terjemahan Melayu dari buku terbarunya ‘, Allah Liberty dan Cinta’ akan diluncurkan di Kuala Lumpur. Peluncuran itu berlangsung pekan lalu namun ditunda karena protes dari kelompok Islam.
Persatuan Peguam Peguam Muslim Malaysia (PPMM) presiden Zainul Rijal Abu Bakar dalam pernyataannya hari ini Jum’at (18/5) mengatakan PPMM “keberatan untuk program Irshad Manji yang” dijadwalkan untuk minggu ini.
“PPMM mendesak pemerintah untuk tidak memungkinkannya untuk melanjutkan dengan program dan memiliki dia segera meninggalkan Malaysia, karena dapat menjadi kanker untuk praktek Islam di Malaysia,” kata Zainul Rijal seperti dikutip dari freemalaysiakini2.com.
Dia menambahkan bahwa beberapa kelompok telah mengajukan laporan kepada polisi tentang hal ini, dan ia juga mendesak kepada ulama untuk datang melakukan “sanggahan untuk melawan” ide-ide Irshad Manji yang disebarkan.
Dia ingin pemerintah memberi perhatian serius terhadap advokasi kebebasan pribadi berupa “nilai moral”, yang menurutnya telah diabaikan.
Muslimah menolak Irshad Manji
Sementara itu, Persatuan Persaudaraan Muslimah Malaysia (Salimah) menyatakan penolakan kerasnya atas kedatangan Irshad yang mereka sebut sebagai “Penghina Islam dengan tulisan-tulisan dan sikapnya” dan dinilai telah “Merendahkan pandangan ulama yang dihormati”.
“Mengundang seseorang seperti dia merupakan upaya untuk menantang sensitivitas dari komunitas Muslim di negara ini,” kata Ketua Salimah Aminah Zakaria dalam sebuah pernyataan.
Dia mengatakan bahwa Salimah menolak kehadiran Irshad karena akan memicu kebingungan, menghasut kemarahan masyarakat Muslim.
Sebagaimana diketahui, Irshad Manji sendiri, merupakan sosok feminis yang sangat sering menghujat Islam. Dalam bukunya , ‘Beriman Tanpa Rasa Takut: Tantangan Umat Islam Saat Ini‘,mengungkapkan Cerita bernada penghinaan terhadap nabi Muhammad SAW dengan menuduh Rasulullah telah mengedit al-Qur’an dan keraguan terhadap al-Qur’an dari riwayat lemah dan palsu yang menjadi favorit kaum orientalis untuk menyerang al-Quran dan Nabi Muhammad saw. “Sebagai seorang pedagang buta huruf, Muhammad bergantung pada para pencatat untuk mencatat kata-kata yang didengarnya dari Allah. Kadang-kadang Nabi sendiri mengalami penderitaan yang luar biasa untuk menguraikan apa yang ia dengar. Itulah bagaimana “ayat-ayat setan” – ayat-ayat yang memuja berhala – dilaporkan pernah diterima oleh Muhammad dan dicatat sebagai ayat otentik untuk al-Quran. Nabi kemudian mencoret ayat-ayat tersebut, menyalahkan tipu daya setan sebagai penyebab kesalahan catat tersebut”. Cerita ini yang pernah diungkap pula oleh terfatwa mati Salman Rushdie dalam novelnya yang menghina nabi ‘Ayat-ayat Setan’. (bilal/arrahmah.com)