BANDUNG (Arrahmah.com) – Seberapa jauhkah sebenarnya penetrasi ponsel ke desa-desa terprncil di Indonesia? Sudah relevankah dengan program 25.000 desa berdering yang dicanangkan Kominfo?
Bertempat di Sheraton Bandung dalam media workshop oleh Ericsson, Jumat (5/3/) petang, tampil Visnu Sigh selaku Regional Manager ConsumerLAB MUSEA Ericsson menjelaskan hasil studi mereka.
Dalam sebuah presentasi bertajuk teknologi bagi kemajuan bangsa, Sigh memaparkan hasil riset ConsumerLAB, mengenai penetrasi ponsel ke beberapa wilayah pedesaan di seluruh Indonesia. Sebagai informasi, riset ini dilakukan di tahun 2009.
“Penetrasi ponsel ke desa-desa bakal alami perkembangan pesat di tahun-tahun mendatang. Berdasar studi kami, rata-rata penetrasi di berbagai wilayah pedesaan Indonesia hampir mencapai 50%,” ujarnya kepada detikINET.
Berikut adalah sekilas paparan data dari Sigh, di berbagai wilayah propinsi:
1. Sumatera Utara – 40%
2. Riau – 77%
3. Banten – 40%
4. Jawa Barat – 31%
5. Jawa Tengah – 47%
6. Jawa Timur – 46%
7. Sulawesi Selatan – 48%
8. Kalimantan Timur – 37%
Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa angka pertumbuhan pengguna ponsel di Indonesia yang begitu cepat semenjak 2005, ternyata lebih tinggi dari angka milik negara maju.
“Antara tahun 2005-2009, pertumbuhan ponsel di Indonesia mencapai 21%. Sementara untuk negara-negara di Amerika atau Eropa hanya sekitar 4%,” tambah Sigh.
Menkominfo Tifatul Sembiring sendiri, dalam program 100 hari kerjanya, telah memasang target 25.000 desa berdering. Di akhir 2009, salah satu program Universal Service Obligation (USO) tersebut baru tercapai sekitar 69 persen. Lanjutkan!
Jika data Ericsson dikomparasi dengan hasil kinerja Kominfo tentu saja angkanya positif. Namun, yang merasakan realisasi ‘sentuhan teknologi’ nantinya adalah masyarakat pedesaan sendiri.
Kita tunggu saja apakah di akhir program ini, masyarakat benar-benar merasakan manfaat, atau hanya sekedar teori angka semata. (dtk/arrahmah.com)