WASHINGTON (Arrahmah.id) — Ratusan ribu veteran Amerika Serikat (AS) yang ikut Perang Teluk ahun 1990 masih mengalami penyakit misterius yang disebut Gulf Syndrome.
Hingga kini lebih dari 100.000 veteran perang dari AS dan Inggris masih mengalami kelelahan ekstrem, gangguan memori hingga sakit kronis.
Meski telah usai lebih dari tiga dekade penyakit itu terus-terusan jadi mimpi buruk para veteran Perang Teluk.
Tidak heran jika banyak yang menduga hal itu disebabkan oleh kutukan penguasa Irak Saddam Hussein yang digulingkan oleh AS dan sekutunya.
Hanya saja baru-baru ini penelitian yang didanai oleh pemerintah AS justru menemukan jawaban yang berbeda.
Ternyata penyakit yang diderita oleh veterang Perang Teluk justru disebabkan oleh serangan senjata kimia yang dilakukan Irak.
Menurut mereka serangan gas sarin yang terjadi di dua kota di Irak, Muthanna dan Fallujah, pada Januari 1991 merupakan penyebab utama mengapa penyakit itu tidak pernah hilang.
Seluruh veteran Perang Teluk yang ada di kedua kota itu terpapar oleh gas sarin.
Dr Robert Haley menyebutkan penggunaan gas sarin yang dilakukan Irak memang berupaya untuk membunuh massal tentara AS dan sekutu. Hanya saja menurut dia kualitasnya mengalami penurunan karena mengalami pengenceran.
Diduga hal itu dilakukan agar gas sarin itu bisa berfungsi di wilayah yang sangat luas seperti Muthanna dan Fallujah.
“Jumlahnya tetap masih sangat cukup untuk membuat orang sakit,” jelas Dr Robert Haley, dikutip dari BBC (11/5/2022).
Temuan itu sendiri didasarkan pada pemeriksaan 1.016 veteran AS yang bertugas selama konflik.
Sampel darah dan DNA dari para veteran itu kemudian diperiksa. Selain itu setiap veteran juga ditanya apakah pernah mendengar alarm serangan senjata kimia selama bertugas di Perang Teluk.
Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Health Perspectives itu menunjukkan data bahwa bahwa sarin menyebabkan kondisi tersebut.
Dr Robert Hayley melanjutkan temuan itu memang bisa jadi jawaban mengapa penyakit unik dialami oleh veteran Perang Teluk. Hanya saja dia tetap tidak mengesampingkan faktor lain adanya paparan bahan kimia berbeda dapat menyebabkan beberapa tentara yang sakit.
Namun dia mengatakan analisis genetik ekstensif tim tampaknya tidak mengidentifikasi bahan kimia lain yang berkontribusi.
“Apa yang membuat studi ini jadi langkah maju adalah adanya relasi sindrom Perang Teluk dengan interaksi gen-lingkungan yang sangat kuat,” tegasnya. (hanoum/arrahmah.id)