LONDON (Arrahmah.id) – Polusi udara berdampak pada setiap tahap kehidupan manusia, mulai dari perkembangan janin dan kemampuan kognitif remaja hingga kesehatan mental orang dewasa, menurut sebuah laporan yang mensintesis temuan lebih dari 35.000 penelitian dari seluruh dunia.
Environmental Research Group di Imperial College London pada Senin (17/4/2023) menerbitkan tinjauan satu dekade penelitian ilmiah tentang polusi udara.
Tim dari universitas di London ini mengkaji temuan-temuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Komite Inggris untuk Efek Medis dari Polusi Udara, Royal College of Physicians, Health Effects Institute dan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker.
“Temuan baru yang paling penting adalah bukti yang berkaitan dengan dampak polusi udara terhadap kesehatan otak, termasuk kesehatan mental dan demensia, dan dampak awal kehidupan yang dapat menyebabkan beban kesehatan di masa depan dalam populasi,” kata laporan tersebut.
Kajian tersebut menemukan hubungan antara polusi udara dan kesehatan bayi baru lahir pada minggu-minggu pertama kehidupan, berat badan lahir, keguguran, dan kelahiran mati.
Janin bisa menjadi rentan karena seorang ibu dapat menghirup partikel polusi udara, yang menyebabkan efek buruk pada perkembangannya, demikian bunyi laporan tersebut, seperti dilansir Al Jazeera.
Bahan kimia yang terkait dengan polusi dapat masuk ke dalam darah ibu hamil, mengubah alirannya, yang berpotensi memperlambat atau menunda pertumbuhan janin.
Lebih dari 20 juta bayi dengan berat badan lahir rendah lahir setiap tahun dan lebih dari 15 juta lahir prematur, menurut WHO.
Namun, dampak polusi udara terhadap kesehatan reproduksi tidak hanya terbatas pada ibu. Volume sperma yang lebih rendah juga terlihat pada pria yang terpapar polusi udara.
Sementara itu, penelitian lain yang disebutkan dalam laporan tersebut menunjukkan bahwa “paparan polusi partikel” meningkatkan risiko demensia dan mempercepat penurunan kognitif.
Studi terbaru juga menunjukkan bahwa polusi udara dapat menghambat pertumbuhan paru-paru pada anak-anak, mempengaruhi tekanan darah mereka dan berdampak pada kesehatan kognitif dan mental mereka.
Para ahli di Imperial mengatakan bahwa penelitian terhadap 2.000 anak berusia delapan dan sembilan tahun menemukan bahwa “rata-rata, seorang anak telah kehilangan sekitar 5 persen dari volume paru-paru yang seharusnya karena polusi udara yang mereka hirup.”
“Efek ini paling jelas terkait dengan paparan NO2 [nitrogen oksida], yang sering digunakan sebagai pelacak emisi gas buang diesel,” kata laporan mereka.
Laporan tersebut juga menemukan bahwa polusi udara menyebabkan asma.
Dari 2017 hingga 2019, sebuah studi dari Imperial College London memperkirakan bahwa kualitas udara London yang buruk menyebabkan lebih dari 1.700 orang dirawat di rumah sakit karena asma dan kondisi paru-paru yang serius.
“Ini adalah 7 persen dari semua kasus asma pada anak-anak di ibu kota,” kata laporan tersebut.
Kajian tersebut juga menunjukkan bahwa paparan polusi udara dapat meningkatkan kematian jantung, risiko stroke, dan perkembangan penyakit kardiovaskular di kemudian hari.
Sebuah penelitian di Eropa meneliti stroke pada hampir 100.000 orang selama periode 10 tahun dan menemukan beberapa bukti adanya hubungan antara paparan jangka panjang terhadap PM2.5 -yang merupakan partikel polusi udara yang sangat kecil yang dapat melewati hidung dan tenggorokan dan masuk ke dalam sistem pernapasan- dengan stroke, terutama di kalangan orang yang berusia di atas 60 tahun. (haninmazaya/arrahmah.id)