LAHORE (Arrahmah.com) – Peneliti Pakistan telah mengembangkan jaringan telepon selular bertenaga surya untuk digunakan dalam bencana seperti banjir dan gempa bumi ketika komunikasi terganggu.
Para peneliti di Universitas Teknologi Informasi (ITU) di Lahore, bersama-sama dengan tim dari University of California, telah mengembangkan sebuah prototipe “Rescue Base Station” (RBS) untuk Pakistan, sistem telekomunikasi darurat pertama di negara itu yang akan bekerja pada ponsel biasa.
“Ketika RBS dipasang di daerah bencana, ponsel mereka otomatis menerima sinyal. Mereka dapat secara manual memilih dan kemudian memanggil, mengirim pesan, dan bahkan browsing (internet) secara gratis,” kata Umar Saif, wakil rektor dan penasihat proyek ITU seperti dilansir Muslim Science.
RBS cukup ringan, berbentuk kotak persegi panjang yang dilengkapi dengan antena, penguat sinyal dan baterai, yang dapat digunakan dengan mudah bahkan saat turun dari helikopter di zona bencana yang sulit dijangkau.
Ponsel tersebut memiliki panel surya untuk mengisi baterai, agar tetap bekerja meskipun tanpa listrik.
Sebuah sistem komunikasi alternatif seperti ini bisa membantu menyelamatkan nyawa ketika bencana terjadi. Seseorang yang selamat dari bencana bisa menghubungi petugas penyelamat dan pejabat pemerintah.
Saif mengatakan sinyal RBS dapat diterima dalam radius 3 km, dan orang-orang di suatu daerah dapat dengan mudah mendaftar dengan cara mengirimkan nama, pekerjaan, usia, dan golongan darah mereka ke nomor khusus.
Pakistan memiliki 116 juta pelanggan seluler aktif dari total populasi 185 juta, menurut laporan yang dilansir Muslim Science.
Pengguna potensial dari sistem RBS bisa mendapatkan informasi yang mereka butuhkan hanya dalam beberapa detik dengan mengirimkan pesan teks ke nomor tertentu di ponsel mereka.
Sebagai contoh, jika seseorang perlu menghubungi pemadam kebakaran, mereka cukup mengetik kata-kata “petugas pemadam kebakaran” ke nomor yang relevan.
Mereka kemudian akan menerima nama dan rincian kontak untuk petugas pemadam kebakaran setempat hanya dalam beberapa detik dan dapat meminta bantuan, kata Saif.
Atau jika seseorang membutuhkan pasokan darah, mereka cukup mengirim pesan “golongan darah, B positif”, misalnya, dan mereka menerima informasi kontak dari orang terdekat dengan golongan darah yang sama, sehingga mereka dapat meminta sumbangan darah.
Saif mengatakan rencana dasar tim RBS adalah mengumpulkan informasi tentang orang-orang yang terkena bencana ke dalam database, dan menyampaikan hal ini kepada tim penyelamat, dokter, dan departemen pemerintah yang dapat memberikan bantuan.
“(Mereka) juga dapat mengirim prakiraan cuaca dan peringatan bencana untuk pelanggan, dan membantu mereka mengevakuasi daerah yamg sedang ditimpa masalah,” kata Ibrahim Ghaznavi, seorang peneliti ITU dan salah satu pengembang RBS.
RBS, yang beroperasi dengan menggunakan perangkat lunak open source, menawarkan semua fitur yang disediakan oleh perusahaan ponsel biasa, ia menambahkan.
Ghaznavi mengatakan biaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan RBS sekitar $ 6.000, dan prototipe telah didanai oleh Google Faculty Research Award.
(fath/arrahmah.com)