JAKARTA (Arrahmah.com) – Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng, mengatakan bahwa tahun 2018 bakal menjadi tahun yang berat bagi rakyat Indonesia. Menurutnya, di awal tahun saja, rakyat akan dibebani dengan peraturan baru di bidang perpajakan seperti perubahan UU Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
“PNBP akan mengambil pungutan lebih luas pada sektor publik seperti pungutan PNBP dalam sektor pendidikan, kesehatan dan layanan umum lainnya,” jelasnya, sebagaimana dilansir RMOL, Selasa (2/1/2018).
Sektor pariwisata juga diprediksinya lesu karena awal tahun baru ini mulai diterapkan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) tentang pajak bea masuk bagi para pelancong. Kondisi ini, imbuh Salamuddin, diperparah dengan aturan terkait penyeragaman tarif listrik yang berarti penghapusan secara menyeluruh subsidi listrik untuk 900 VA.
“Jadi konsumen kelas ini harus siap-siap untuk bayar listrik lebih mahal,” ujarnya.
Bahkan, menurutnya, besar kemungkinan harga bahan bakar minyak (BBM ) juga dinaikkan. Sebab sebelumnya pemerintah hanya berjanji tidak menaikkan harga BBM sampai akhir 2017.
“Dengan demikian masyarakat juga harus bersiap siap untuk menyongsong kenaikan ini,” tandasnya.
Hal ini juga disusul dengan kenaikan tarif layanan umum jalan tol, kereta api, pelabuhan dan bandara. Kenaikan ini mengikuti inflasi dan defresiasi nilai tukar rupiah.
“Ini adalah untuk menyediakan dana untuk pembangunan infrastruktur. Investor sudah mulai nagih janji imbal hasil dan bunga lebih besar terkait investasi mereka di bidang infrastruktur,” terangnya.
Malah nampaknya iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan bakal dinaikkan mengingat sepanjang tahun 2017 mengalami defisit anggaran yang sangat besar.
“Pemerintah berulangkali mengeluhkan hal ini. Dengan demikian masyarakat harus bersiap-siap dengan kenaikan tarif BPJS Kesehatan,” katanya lagi.
Ramalan dia yang lain uang tunai semakin langka karena tergerus e-money. Sebagai konsekuensinya perbankan harus mengubah pola bisnisnya yang berujung terhadap liquiditas akan semakin ketat.
“Suku bunga kredit akan semakin tinggi. Bank rawan mengalami guncangan. Oleh karena itu masyarakat untuk mulai belajar simpan uang tunai sendiri untuk berjaga-jaga, mengurangi konsumsi hal-hal yang kurang perlu, mengetatkan ikat pinggang, fokus kepada kebutuhan dasar dan pokok saja,” imbaunya.
Kemudian di bidang sosial maupun politik, ia menilai provokasi dan adu domba dengan menggunakan berbagai isu juga akan marak.
“Ini untuk pengalihan isu agar masyarakat tidak fokus melihat kegagalan pemerintah dalam memperbaiki kesejahteraan rakyat, ketimpangan ekonomi, kemiskinan dan pengangguran. Sehingga masyarakat harus waspada,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)