LAHORE (Arrahmah.com) – Para pendukung seorang ulama anti-pemerintah Pakistan telah terlibat bentrok dengan polisi di kota terbesar kedua di negara itu, mengakibatkan setidaknya empat kematian, 500 penangkapan dan enam petugas polisi hilang.
Kekerasan dimulai pada Jum’at (8/8/2014) dan dilanjutkan Sabtu (9/8) ketika pendukung Tahir ul-Qadri berusaha berbaris di markas besar mereka di kota Lahore, provinsi Punjab.
Setelah berkumpul, Qadri menyerukan aksi protes besar-besaran yang rencananya akan digelar hari ini (10/8). Dalam pidato televisi, ia meminta pendukungnya untuk melakukan aksi protes damai, namun tetap memprotes pemerintah karena mendalangi pembantaian atas nama tindakan keras.
Qadri mengatakan pemerintah korup Pakistan telah menjadi biang keladi atas kematian para pengunjuk rasa.
Kekerasan dimulai pada Jum’at ketika polisi menembakkan gas air mata dan menggunakan tongkat kepada peserta protes setelah kontainer yang digunakan untuk memblokir jalan menuju ke rumah Qadri di Lahore telah disingkirkan.
Para pendukung membawa derek untuk menyingkirkan kontainer dan diduga melempari polisi yang mencoba untuk menghentikan mereka dengan batu.
Sekitar 500 orang pendukung Qadri telah ditangkap dan lebih dari 100 polisi terluka, menurut pernyataan juru bicara kepolisian provinsi, Nabeela Ghazanfar, seperti dilaporkan Al Jazeera.
Rana Mashhud Ahmad, menteri hukum untuk provinsi Punjab mengatakan kepada AP bahwa pengunjuk rasa menculik enam polisi selama bentrokan berlangsung.
Qadri telah menggalang dukungan terhadap intimidasi kepada ratusan pengikutnya dari gerakan Pakistan Awami Tehreek (PAT). Pada Kamis lalu, ia mengancam akan melakukan aksi di Islamabad dan menggulingkan pemerintah di bawah pimpinan Nawaz Sharif jika penangkapan terhadap anggotanya terus berlanjut.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh PAT, Qadri mengatakan kelompoknya “tidak punya pilihan lain selain memberikan seruan terakhir revolusi ke seluruh bangsa untuk keluar di jalan-jalan dan berbaris menuju Islamabad dan ibukota provinsi untuk menggulingkan pemerintah”.
Qadri yang sebelumnya berada di Kanada, kembali ke Pakistan pada bulan Juni untuk memimpin apa yang ia sebut sebagai revolusi damai.
Ia memiliki puluhan ribu pengikut dan melakukan aksi protes selama empat hari sebagai protes terhadap pemerintah pada tahun 2013, beberapa bulan sebelum pemilihan umum yang menyaksikan Sharif kembali berkuasa untuk ketiga kalinya. (haninmazaya/arrahmah.com)