KAIRO (Arrahmah.com) – Pendukung mantan Presiden Mesir Muhammad Mursi melakukan protes kemarin, Jum’at (3/7/2015) menyerukan untuk mengembalikan kembali Mursi sebagai Presiden Mesir. Protes itu digelar seminggu menjelang ulang tahun kejatuhan Mursi dalam kudeta militer, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin.
Demonstrasi itu digelar dalam menanggapi seruan dari Aliansi Nasional untuk Pertahanan Legitimasi, yang merupakan pendukung utama Mursi.
Puluhan pengunjuk rasa berbaris di beberapa provinsi di Mesir termasuk, Kairo, Alexandria dan Gharbiya di Delta Nil.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan yang ditujukan kepada para tentara dan polisi dan menyerukan pembebasan tahanan yang ditahan oleh otoritas Mesir dalam dua tahun terakhir sejak penggulingan Mursi.
Mesir dilanda gejolak sejak militer menumbangkan Mursi, presiden pertama negara itu yang dipilih secara bebas, dalam kudeta tahun 2013 menyusul protes terhadap pemerintahannya.
Sejak penggulingan Mursi, pemerintah Mesir telah melakukan tindakan keras tanpa henti terhadap mereka yang dianggap menentang, terutama ditujukan kepada para pendukung Mursi, menyebabkan ratusan orang terbunuh dan ribuan orang berada balik jeruji besi.
Dua tahun setelah kudeta militer yang mematikan itu, orang-orang Mesir mulai menggelar protes terhadap rezim kudeta yang dianggap ilegal dan menuntut agar Abdul Fattah–Al–Sisi dan pemerintah otoriternya diadili.
Rezim kudeta juga membunuh 9 pemimpin Ikhwanul Muslimin, setelah sebelumnya menangkap mereka dan mengambil sidik jari mereka, kemudian menembak dan membunuh mereka dengan sadis. Di Sinai, konflik juga berkecamuk yang menelan banyak korban. Hal ini menyeret negara itu ke dalam jurang kekacauan, menimbulkan ancaman nyata bagi keamanan Mesir, semua karena arogansi dari rezim kudeta dan pemimpinnya.
Dirilis oleh situs Wiki Thawra, database statistik Mesir untuk revolusi Mesir, melaporkan tentang korban yang jatuh dalam bentrokan dengan pasukan keamanan atau tentara Mesir, atau selama tindakan keras aparat keamanan terhadap para demonstran, bentrokan sipil akibat sektarian, pembunuhan, pembunuhan di luar hukum, kekerasan di tempat penahanan atau sebagai akibat dari tindakan teroris.
Menurut laporan itu, para korban tersebut termasuk para pendukung atau penentang faksi tertentu, penduduk setempat dan sekedar orang yang lewat, polisi dan tentara, wartawan, dokter dan paramedis lapangan.
Wiki Thawra mencatat bahwa sebanyak 2.588 korban terbunuh dalam peristiwa politik, 41 orang terbunuh dalam bentrokan sektarian, tiga orang terbunuh selama protes sosial, 80 orang terbunuh di tempat-tempat penahanan, 28 orang terbunuh sebagai akibat dari penggunaan kekuatan yang berlebihan, 281 orang terbunuh dalam tindakan terorisme, 122 orang terbunuh selama serangan keamanan dan 105 orang terbunuh akibat kelalaian.
Menurut laporan itu, para korban itu termasuk 2.927 warga sipil, 226 polisi, 95 tentara, 11 wartawan, 164 anak di bawah umur, 72 perempuan dan 299 siswa. Sebanyak 41.275 telah tewas, terluka dan ditahan pada tahun 2013 saja.
(ameera/arrahmah.com)