Saat parlemen Irak tangah memperdebatkan kelanjutan keberadaan pasukan AS di Irak, penduduk Baghdad mendesak pemerintah untuk menghancurkan dinding-dinding tinggi yang selama ini memisahkan mereka dengan tetangga-tetangga mereka.
Maysoon Abdul Hamid, 57, seorang Insinyur dari Adhamiya mengatakan dinding tersebut adalah sebuah mimpi buruk.
“Aku tidak dapat mempercayai, hal ini terjadi kepada kami di abad 21…. Kami hidup di sebuah penjara tak beratap, bercagar layaknya binatang. Dinding ini, sebagian telah dipotong oleh tetangga kami untuk menarik kembali peta dari Ibukota kami,” lanjutnya.
Setelah invasi AS dan jatuhnya rezim Saddam Husein, Adhamiya, salah satu wilayah yang sebagian besar penduduknya para professional dan mantan angkatan perang Irak, menjadi salah satu wilayah utama para mujahidin dalam menentang kehadiran pasukan asing di negeri Irak.
Sejak April, angkatan perang AS di Irak mulai membangun satu dinding pemisah di sekitar daerah utara, dan daerah paling tua di Baghdad (Adhamiya), menjadi sepenuhnya terisolir dari Ibukota.
Membela Segolongan Orang
Bagaimanapun, otoritas-otoritas AS di Irak mengatakan, dinding tersebut dibangun untuk menghambat aktivitas militant yang menggunakan dua daerah sebagai basis untuk merancang serangan-serangan di Baghdad.
Abdellatif Rayan, petugas media untuk angkatan asing di Irak mengatakan, “Tentara koalisi tidak membangun dinding untuk memisahkan masyarakat Irak. Kami membuat masyarakat aman, pasar-pasar aman, dan jalan-jalan yang dilalui ikut aman.”
Dia juga mengatakan seperti yang dilansir Al-Jazeera, bahwa dinding-dinding tersebut mampu membatasi gerak musuh dan melindungi penduduk Irak.
“Kami melihat, taktik ini terbukti sukses,” lanjutnya.
Abu Saif, penduduk Adhamiya, mengatakan pernyataan-pernyataan resmi AS tentang dinding-dinding itu merupakan pernyataan yang tidak tulus.
“Kami pikir, dinding tersebut merupakan sebuah taktik untuk melindungi diri mereka sendiri, bukan kami, kami melihat kecelakaan-kecelakaan yang mereka derita cukup parah. Jika mereka sungguh-sungguh memperhatikan kami, mereka sudah menghancurkan dinding-dinding tersebut sejak lama, memberikan perselisihan yang mereka sebabkan kepada penduduk di Adhamiya dan kota Sadr.
Kamal al-Hayani, seorang guru di kota Sadr, mengatakan dinding tersebut merendahkan diri.
“Apa arti dinding itu? Mereka mengartikan dinding itu bahwa orang-orang yang hidup di dalamnya berbahaya dan pembunuh. Saya keberatan dilabeli pembunuh,” ujarnya seperti yang dilansir al-Jazeera.
Mempengaruhi perdagangan
Dinding itu juga mempunyai efek ekonomi yang tidak baik pada masyarakat di sekitarnya.
Harga dari komoditas lokal meningkat tajam karena para pedagang terpaksa membayar di setiap pos pemeriksaan (yang jumlahnya banyak) untuk memuluskan jalan mereka.
Abu Farah, salah seorang pedagang di Adhamiya mengatakan penduduk banyak yang tidak mampu membeli sebagian besar barang yang dia jual. Dinding tersebut juga menutupi beberapa toko di Adhamiya hingga tidak terlihat oleh orang banyak.
“Bisnis dalam toko-toko itu sudah mengalami kerugian yang tajam, para pedagang tidak memiliki pilihan, mereka juga tidak bisa menurunkan harga,” lanjutnya.
Merubah gaya hidup
Maysoon, seorang insinyur di Adhamiya mengatakan, dinding tersebut mengubah sistem alamat surat-menyurat di Baghdad.
“Saat Anda menjadi pengunjung, sebagai ganti alamat yang biasa digunakan, kami memberikan tanda yang paling menonjol di dinding dan menunggu mereka di sana,” jelasnya.
“Ini sangat memalukan,” lanjutnya. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)