LASHKAR GAH (Arrahmah.com) – Pihak militer Afghanistan dan Barat sedang berusaha mencari tahu mengapa seorang pemuda normal membunuh orang-orang yang telah bekerja bersamanya selama berbulan-bulan.
Pria muda itu bernama Gulbuddin dan dia datang dari Musa Qala, bagian utara Helmand. Dia besar dan kuat, serta ganas dalam memerangi Taliban.
Gulbuddin adalah lulusan akademi polisi, telah bertugas selama dua tahun di Kepolisian Nasional Afghanistan di Helmand. Ia adalah komandan yang dapat dipercaya. Sampai akhirnya pada 3 November sore hari, ia tiba-tiba mengambil senapan mesin dan brutal menembaki tentara Inggris. Lima orang tewas dan enam orang lain cedera. Dua polisi Afghanistan ikut terluka dalam insiden tersebut.
Beberapa orang di Helmand percaya bahwa Gulbuddin adalah orang Taliban yang telah menyusup ke dalam tubuh kepolisian. Ada juga orang yang berpikir bahwa ia mungkin telah kehilangan teman atau keluarga dalam pemboman oleh pasukan asing.
“Gulbuddin hanya seorang prajurit seperti saya,” kata Khairullah, salah satu polisi yang terluka. “Dia tidak punya masalah psikologis, dan ia tidak kecanduan narkoba. Dia adalah seorang polisi yang sangat disiplin. Tidak ada yang tahu mengapa hal itu terjadi….”
Gulbuddin melarikan diri dari pos pemeriksaan di mana terjadi penembakan dan seorang komandan Taliban mengatakan bahwa Gulbuddin bersama mereka.
Tetapi kebanyakan penduduk Helmand tetap berpikir bahwa Gulbuddin adalah seorang pahlawan.
“Anak itu adalah pahlawan,” kata Khial Mohammad, seorang penduduk Greshk. “Dia seperti bunga bagi mujahidin Taliban.”
Banyak penduduk Helmand gembira menyambut berita kematian tentara Inggris tersebut.
“Gulbuddin adalah anak yang baik, dan orang tua yang melahirkan dia harus bangga,” kata Gul Agha, penduduk Greshk.
“Dia harus diberi medali. Biarkan orang asing tahu bagaimana sakitnya kehilangan orang-orang terdekat. Biarkan mereka tahu bagaimana bau kematian.”
“Biarkan mereka tahu bagaimana tragisnya menyaksikan kematian seorang anak, seorang ayah atau saudara,” kata Abdul Majid, penduduk lain.
“Dalam semalam mereka membom orang tak berdosa di Babaji. Apakah mereka tidak punya ayah dan ibu? Mereka hanya petani, yang sedang memetik jagung, dan mereka dibunuh di tempat. Semua pemuda mereka mati. Saya yakin mereka akan menyambut bahwa prajurit pembunuh itu sebagai pahlawan mereka.” (althaf/tum/arrahmah.com)