“Kami akan menyambut kunjungan mereka ke desa yang dibombardir ini untuk investigasi. Tapi kita harus punya perjanjian terlebih dahulu, jika Amerika bersalah, maka mereka harus segera meninggalkan Afghanistan dalam keadaan malu”.
Anggota keluarga para korban bombardemen tentara Amerika di propinsi Herat barat menawarkan untuk menggali kuburan para korban untuk mendukung pembuktian bahwa telah terjadi pembunuhan dalam jumlah besar-besaran oleh Amerika.
Serangan udara Amerika tanggal 22 Agustus di distrik Shindad lalu membuat hubungan Amerika dan pemerintah Afghanistan merenggang. Dalam serangan itu lebih dari 90 penduduk sipil tewas mengenaskan.
Amerika yang sebelumnya membantah kejadian itu mengatakan akan mengadakan investigasi ulang tentang jumlah korban dalam kejadian itu.
“Kami siap untuk menggali setiap kuburan untuk menunjukkan bahwa itu adalah mayat para warga sipil yang kalian bunuh, termasuk wanita dan anak-anak,” kata sesepuh desa Gul Ahmad Khan, yang juga kehilangan tiga anak-anaknya dalam serangan itu.
Khan mengatakan, jika terbukti meraka bersalah, maka mereka harus segera ditarik keluar dari negri ini.
Sebelumnya Amerika mengatakan dalam serangan itu ada 30 sampai 35 Taliban yang terbunuh dan hanya mengatakan lima warga sipil yang tewas.
Penduduk desa menyalahkan intelejen yang salah menginformasikan kepada Amerika bahwa desa itu tempat para pejuang Taliban berlindung.
Sekelompok wanita sedang meratap didepan puing-puing rumahnya, mereka mengutuk pemerintah Afghanistan, dan meminta pemerintah menyerahkan seorang bernama Nadir yang menjadi informan Amerika, dan telah memberikan informasi yang menyesatkan hingga mengakibatkan puluhan penduduk desa tewas.
“Kami tidak menginginkan apapun dari Amerika, bahkan jika mereka memberikan seluruh Afghanistan. Saya tidak menginginkanya,” teriak Mah Pari. “Kami ingin pemerintah menyerahkan Nadir hidup-hidup kepada kami, ” kata dia.
Pari mengatakan dia kehilangan empat anggota keluarganya saat bom itu menghantam rumahnya, pada saat itu dirumahnya sedang berkumpul keluarganya untuk makan malam.
Wali Mohammad, salah seorang penduduk mengatakan, banyak yang tewas dalam serangan itu. “Mereka ditembak mati dari udara,” katanya, istrinya pun kehilangan penglihatan akibat serangan itu.[Hanin Mazaya/muslimdaily]