(Arrahmah.com) – Kebesaran seorang pendidik bisa dilihat dari hasil didikannya. Dunia hingga hari ini belum bisa menduplikat pemimpin sesholeh dan sehebat Umar bin Abdul Aziz. Dia adalah hasil dari perjalanan panjang sebuah pendidikan.
Agar kita sadar bahwa Umar bin Abdul Aziz adalah karya besar para pendidiknya, perlu diketahui beberapa hal:
- Ayah dari Umar yaitu Abdul Aziz bin Marwan adalah seorang Gubernur Mesir yang bertugas lebih dari 20 tahun. Sementara Umar bin Abdul Aziz besar dan menuntut ilmu di Madinah, kota kelahirannya. Jadi keberadaan anak dan orangtua yang berjauhan jelas memerlukan pengasuhan para pendidik yang istimewa.
- Umar bin Abdul Aziz bukan anak yang sudah mudah diatur sejak awal. Ada beberapa kisah di masa kecilnya Umar yang menunjukkan bahwa gaya seorang anak pejabat begitu lekat pada dirinya. Seperti menghabiskan waktu untuk bersolek yang mengakibatkan terabaikannya kewajiban.
Juga kisah berikut ini:
Suatu saat Umar bin Abdul Aziz ditanya: “Bagaimana kisah pertama kali kamu menjadi baik?”
Umar bin Abdul Aziz menjawab: “Suatu saat saya ingin memukul pembantu saya. Dia berkata kepada saya (Hai Umar, ingatlah suatu malam yang paginya adalah hari kiamat)”
Artinya, Umar bin Abdul Aziz yang memang cerdas dan sesungguhnya sangat bersemangat belajar sejak awal usianya, juga mempunyai celah-celah diri yang memerlukan seorang pendidik yang mampu mengubahnya menjadi ledakan potensi yang dahsyat.
Salah seorang pendidik Umar bin Abdul Aziz yang langsung diserahi oleh ayahnya adalah seseorang yang bernama: Sholeh bin Kaisan.
Kita harus mengenal Sholeh bin Kaisan. Sebagai petunjuk bagi para pendidik atau pengasuh generasi yang diserahi amanah untuk mendidik anak orang lain. Beginilah pendidik yang berhasil melahirkan pemimpin fenomenal tiada duanya di bumi ini!
Sholeh bin Kaisan sebenarnya tadinya hanya seorang maula (mantan budak yang dibebaskan) Bani Ghifar. Tapi begitulah, ilmu dan iman mengangkat seseorang. Hingga para ahli sejarah dan ulama seperti adz-Dzahabi (dalam Siyar a’lam an Nubala’ dan Tadzkiroh al Huffadz) menyebut Sholeh bin Kaisan sebagai berikut:
Al Imam, Al Hafidz, Ats Tsiqoh, salah satu ulama besar hadits. Sholeh mengumpulkan ilmu hadits, fikih dan muruah (kewibawaan menjaga kehormatan diri).
Dia adalah salah seorang ulama besar Kota Madinah.
Sebutan Imam, Hafidz, Tsiqoh adalah merupakan sebutan para ahli hadits yang menunjukkan tingkatan ilmu yang sangat tinggi dan amanah serta kesholehan yang tidak diragukan.
Dari semua sifat mulia inilah maka para pendidik hari ini bisa belajar. Bahwa seorang pendidik harus benar-benar menghiasi dirinya dengan berbagai sifat mulai tersebut. Setidaknya ada 3 sifat yang ada pada gelar-gelar bagi Sholeh bin Kaisan, yang harus ada pada sifat para pendidik hari ini:
- Ilmu yang mumpuni
- Kesholehan yang tidak diragukan
- Muruah (sebuah sifat yang menjaga seseorang dari rusaknya citra, walau hal tersebut bukan dosa)
Sholeh bin Kaisan diberikan Allah SWT usia yang panjang. Menurut sebagian riwayat, Sholeh meninggal dengan usia lebih dari 100 tahun. Meninggal setelah tahun 140 H.
Dengan usia yang panjang itulah, dia bisa menyaksikan hasil didikannya yaitu Umar bin Abdul Aziz saat menjadi Khalifah hingga Umar meninggal tahun 101 H.
Umar bin Abdul Aziz yang telah merasakan hasil didikan dalam dirinya yang telah ditempa oleh Sholeh bin Kaisan, maka Umar juga menitipkan anak-anaknya agar dididik juga oleh Sholeh bin Kaisan.
- Ali Ash Shallaby menjelaskan hal ini,
“Seorang guru atau pendidik terhitung sebagai salah satu ruang sudut dalam proses pengajaran. Umar bin Abdul Aziz telah memilih pendidik bagi anak-anaknya dari orang terdekatnya, sangat dikenalnya dan sangat dipercayainya.” (Lihat buku: Umar ibn Abdil Aziz)
Orang itu adalah Sholeh bin Kaisan. Penjelasan ini selain menjadi pelajaran bagi para pendidik, juga menjadi wejangan bagi para orangtua yang mau menitipkan anak-anaknya dalam pendidikan. Umar bin Abdul Aziz sebagai seorang ayah menitipkan pendidikan dan pengasuhan anaknya kepada orang yang dikenalnya betul dari semua sisi juga sangat dipercayainya.
Para pendidik –arsyadakumullah (semoga Allah membimbing antum semua)-, menjadi guru atau pendidik generasi bukanlah sekadar sebuah profesi yang dengannya seseorang mendapatkan uang. Tetapi ini adalah amal mulia yang membanggakan di sisi Allah SWT.
Belajarlah dari Sholeh bin Kaisan. Seorang pendidik dengan keilmuwan yang tak diragukan. Jangan berhenti belajar ketika telah menjadi guru. Karena inilah masalah yang sering dijumpai dari para guru. Peningkatan ilmu hampir tidak terlihat saat telah menjadi seorang guru.
Belajarlah dari Sholeh bin Kaisan. Seorang pendidik dengan kesholehan diri yang tidak meragukan lagi. Karena anak didik kita tidak hanya mendengarkan ilmu yang disampaikan. Tetapi juga melihat gerak-gerik para guru. Kesholehan guru adalah sesuatu yang tidak terajarkan tetapi tertanamkan pada anak. Inilah bahayanya para pendidik dengan ketidakjelasan moral. Bagaimana jadinya generasi ini, tanpa pendidik yang sholeh.
Belajarlah dari Sholeh bin Kaisan. Seorang pendidik yang menghiasi dirinya dengan kewibawaan seorang ahli ilmu. Dia menjaga dirinya bukan saja dari dosa. Tetapi juga dari berbagai hal yang akan mencederai kewibawaan dirinya sebagai ahli ilmu. Bisa jadi bukan dosa, tetapi karena perbuatan itu maka jatuhlah harga diri seorang guru. Maka apalah jadinya anak-anak, jika para pendidik telah jatuh harga dirinya di hadapan orangtua murid dan anak-anak.
Dicari pendidik seperti Sholeh bin Kaisan!
Untuk melahirkan anak didik seperti Umar bin Abdul Aziz!
Oleh: Ustadz Budi Ashari, Lc.
(fath/parentingnabawiyah/arrahmah.com)