FLORIDA (Arrahmah.com) – Pendeta provokatif di Amerika Serikat, Wayne Sapp bersama pendeta lainnya, Terry Jones membakar kitab suci ummat Islam pada akhir maret lalu, menjelaskan bahwa ia memutuskan untuk melakukannya untuk membuktikan bahwa Islam berbahaya bagi AS.
“Tujuan kami adalah untuk memaksa Amerika dan seluruh dunia untuk menyingkirkan ketakutan dan ilusi palsu bahwa Islam tidak membawa resiko dan ancaman,” ujarnya. Dalam pandangannya, bahayanya jauh lebih buruk daripada yang digambarkan media dan pemerintah AS.
Mengikuti logika aneh dari pendeta Islamophobia dalam menanggapi pembakaran Qur’an, ummat Islam di seluruh dunia mengirimkan surat kepadanya untuk menunjukkan kepada Amerika bahwa Islam adalah agama toleran dan damai.
Pendeta juga berani menyatakan bahwa dia dan rekannya tidak menduga reaksi seperti itu dari kaum Muslim.
“Kami mengharapkan reaksi seperti September lalu, kami berbicara mengenai kemungkinan pembakaran Qur’an dan Muslimin mulai mengancam kami. Kami tidak berharap bahwa mereka akan mulai membunuh orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan apa yang kami lakukan,” tambahnya.
Perlu diingat bahwa beberapa staf PBB yang pergi dengan “misi” mereka untuk negara yang diduduki di bawah perlindungan pasukan AS dan NATO, tewas selama protes massal di Afghanistan dalam menanggapi pembakaran Qur’an. “Misi” mereka adalah terlibat dalam legalisasi pidana dan memperkuat rezim boneka di Afghanistan.
Sementara itu, kedua pendeta itu kini takut akan kehidupan mereka.
“Islam suka berbicara dan mengancam dan kami mengerti itu. Imbalan ditawarkan untuk kepala kami dan kini Muslimin, namun juga non-Muslim, atau orang gila lainnya di seluruh dunia akan mencoba untuk membunuh kami. Ini membuat Anda berperilaku sedikit lebih hati-hati ketika Anda dikelilingi oleh orang-orang,” ujar Sapp. (haninmazaya/arrahmah.com)