SAILAN (Arrahmah.com) – Sejumlah pendeta Budha berdemonstrasi di depan masjid Al-Akram di kota Dambajama, Srilangka pada Rabu malam (25/7/2012) menuntut penutupan masjid. Mereka juga melakukan ritual agama Budha di depan masjid tersebut.
Kaum muslimin setempat melaporkan tindakan para pendeta Budha itu kepada pihak kepolisian setempat. Pasukan kepolisian setempat kemudian dikerahkan ke tempat kejadian. Anehnya, polisi justru memerintahkan kaum muslimin untuk menutup masjid Al-Akram.
Masjid Al-Akram di Srilangka telah berulangkali menerima ancaman dari penduduk Budha Srilangka sejak waktu yang lama. Padahal masjid itu terdaftar di kantor urusan agama dan kebudayaan Islam Srilangka.
Ancaman dari penduduk Budha dan sikap aparat kepolisian Srilangka yang membacking mereka membuat kaum muslimin di kota Dambajama mengadukan kasus tersebut kepada Majelis Ulama Srilangka.
Majelis Ulama Srilangka sendiri segera mengadakan komunikasi dengan Kepala Kepolisian Srilangka. Dalam pertemuan dengan Majelis Ulama Srilangka, Kepala Kepolisian Srilangka menyatakan perkara tersebut sepenuhnya telah ditangani oleh kepolisian. Ia menjanjikan masjid Al-Akram akan dibuka kembali dalam waktu dekat.
Pembantaian massal junta militer dan mayoritas penduduk Budha Myanmar terhadap kaum muslimin Arakan yang menewaskan lebih dari 6000 warga muslim saat ini menjadi berita hangat di media massa internasional. Lebih dari 200 desa muslim di Arakan dibakar. Sedikitnya 300 ribu warga muslim Rohingya mengungsi ke Bangladesh.
Meski demikian PBB, ASEAN, lembaga HAM internasional dan Barat mendiamkan saja aksi genoside terhadap umat Islam Rohingya. Jika pelaku pembantaian adalah orang Yahudi, Kristen, Hindhu atau Budha dengan korban kaum muslimin, maka PBB, ASEAN, lembaga HAM internasional dan Barat tidak mencap para pelaku sebagai teroris. Tidak ada sanksi apapun atas para pelaku pembantaian yang kafir tersebut. Hal inilah yang membuat orang-orang Budha di Srilangka dan Thailand Selatan semakin ganas memusuhi kaum muslimin.
(muhib almajdi/arrahmah.com)