Seorang ibu benar-benar hancur hatinya setelah anak gadisnya yang berusia 5 tahun gugur dalam serangan udara Rusia di Suriah. Dia menceritakan bagaimana liburan keluarga tersebut berubah menjadi kisah pembantaian yang menewaskan tiga orang yang dicintainya.
Suheer, nama ibu tersebut, berbicara kepada The Guardian dari Turki, bahwa keluarganya yang tersisa sekarang telah kembali dalam upaya untuk memperoleh keselamatan.
Putrinya, Raghat (5), gugur dalam pemboman Rusia pada bulan Oktober, bersama kakek dan sepupunya.
Keluarga itu melarikan diri dari perang Suriah untuk hidup di Turki pada tahun 2011, dan kembali ke Suriah untuk melakukan kunjungan singkat ke rumah kakek-nenek Raghat untuk merayakan Idul Fitri. Mereka yakin bahwa daerah yang telah dikuasai kelompok oposisi itu tidak akan menjadi sasaran serangan bom.
“Saya hanya membawa anak-anak saya ke Suriah selama enam hari,” kata Suheer. “Kami akan pulang pada hari berikutnya. Suami saya tidak akan pernah melihat putrinya lagi.”
Raghat sedang berbelanja bersama bibinya ketika mereka kembali ke rumah kakek-neneknya di Kota Habeet, di provinsi yang dikuasai kelompok oposisi dari Idlib, dan dia meninggal sedikit lebih dari satu jam kemudian.
Sebuah foto diambil dari saat-saat terakhir Raghat, yang menunjukkan dia sedang bahagia dengan pakaian polka dot dan gelang barunya.
Tak lama setelah itu, keluarga mendengar jet militer mendekat dan Nenek Zahra mengambil gadis itu dan berlari untuk berlindung di kebun.
Seorang kerabat mengatakan kepada Associated Press bahwa Zahra menyerahkan gadis itu kepada sepupunya di tempat penampungan, kemudian sebuah rudal menghantamnya.
Nenek itu selamat dengan luka bakar yang cukup serius, tetapi suaminya ditemukan di lantai atas gedung dengan luka yang sangat fatal. Suaminya meninggal di rumah sakit.
Raghat, gadis cantik berusia lima tahun itu, ditemukan terlungkup dengan kerusakan parah di tengkoraknya, berada di lengan Ahmed, sepupunya, yang juga tewas di tempat.
Keluarga percaya bahwa Ahmed mencoba untuk melindungi gadis Raghat.
Suheer, ibunda Raghat, sedang berada di ruangan lain rumah itu ketika rudal menghantam. Suheer terluka dan selamat.
Sebagaimana dilansir Independent (5/12/2015), serangan udara pada tanggal 1 Oktober itu teradi hanya dua hari setelah militer Rusia memulai serangan pemboman di Suriah. Rusia dikritik karena telah menargetkan semua pihak yang melawan Assad, bukan ISIS.
Kakek Raghat, Abdul Razzaq, adalah seorang pembelot dari pasukan Suriah dan mendirikan Brigade Ahbab Al-Mustafa, sebuah faksi awal yang membentuk FSA atau Free Syrian Army.
Keluarganya mengatakan bahwa kakek Raghat telah pensiun dan telah menghentikan semua kegiatan pemberontakannya awal tahun ini. Tidak jelas apakah dia adalah target serangan atau bukan.
Militer Rusia membantah klaim yang mengatakan bahwa mereka telah membunuh ratusan korban sipil. Mereka mengatakan telah menggunakan berbagai sumber intelijen untuk merencanakan setiap serangan dan memastikan tidak akan salah sasaran.
Kematian Raghat ini telah didokumentasikan oleh Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris untuk Hak Asasi Manusia.
Observatorium itu melaporkan bahwa tiga warga sipil telah gugur dan di antaranya adalah seorang gadis berusia 5 tahun.
(fath/arrahmah.com)