DAKAR (Arrahmah.id) — Seorang penasihat perang bayaran asal Rusia yang beroperasi bersama tentara Mali tewas oleh bom pinggir jalan di pusat negara bagian Sahel, ungkap pejabat militer setempat pada Rabu (20/4/2022).
Dilansir AFP (20/4), penasihat militer Rusia itu meninggal setelah diterbangkan ke kota Sevare pasca rombongannya bersama patroli tentara Mali diserang pada Selasa (19/4) pagi di dekat kota Hombori.
Kematian tersebut menandai kematian pertama instruktur militer Rusia yang dikonfirmasi Mali secara resmi.
Amerika Serikat, Prancis, dan lainnya mengatakan bahwa instruktur yang tewas adalah agen dari perusahaan keamanan swasta Rusia, Wagner Group. Namun pemerintah Mali yang didominasi tentara membantah klaim tersebut.
Seorang pejabat di sebuah rumah sakit di Sevare, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, membenarkan kematian itu dan mengatakan pria itu berusia 30-an.
Seorang pejabat terpilih di Mali tengah, yang juga meminta namanya dirahasiakan, mengatakan bahwa dia telah “mengetahui kematian seorang agen Wagner”.
Tentara Mali belum secara resmi mengomentari peristiwa tersebut.
Misi penjaga perdamaian PBB di negara itu, MINUSMA, mengatakan “prihatin” dengan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di pasar mingguan Hombori pada hari Selasa.
Tuduhan itu melibatkan operasi oleh tentara Mali, yang dilaporkan disertai “sekelompok tentara asing”, katanya di Twitter pada hari Rabu.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB sebelumnya pada hari Rabu mengatakan “sangat prihatin” bahwa pihak berwenang tidak memberikan akses kepada penyelidik MINUSMA ke Moura, sebuah desa di Mali tengah yang merupakan lokasi dugaan pembantaian warga sipil.
Human Rights Watch mengatakan tentara Mali dan pejuang asing terkait dengan cepat mengeksekusi 300 warga sipil di sana pada akhir Maret. Tentara membantah tuduhan itu dan mengatakan itu menewaskan sekitar 200 jihadis.
Mali diperintah oleh junta militer yang merebut kekuasaan dalam kudeta pada tahun 2020. (hanoum/arrahmah.id)