DAMASKUS (Arrahmah.com) – Seorang penasehat utama pemimpin rezim Nushairiyah Bashar Asad mengatakan pada Selasa (15/3/2016) bahwa Rusia bisa kembali ke Suriah setelah menarik diri dan Amerika Serikat kini harus menekan Turki dan Arab Saudi untuk menghentikan pasokan ke gerilyawan.
“Jika teman-teman Rusia menarik sebagian pasukan mereka, ini tidak berarti mereka tidak dapat kembali,” ujar Bouthaina Shaaban mengatakan kepada Al-Mayadeen TV yang berbasis di Libanon seperti dilansir Reuters pada Rabu (16/3).
Dalam pengumuman mengejutkan pada Senin (14/3), Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan sebagian besar pasukan Rusia akan ditarik dari Suriah. Seperti diketahui, Rusia mulai mengirimkan pasukan dan jet tempurnya ke Suriah untuk mendukung rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad sejak September 2015.
Rusia mengatakan bulan lalu bahwa Asad telah keluar dari langkah diplomasinya, mendorong spekulasi bahwa Putin mendorong Asad untuk jadi lebih fleksibel dalam pembicaraan damai di mana pemerintahannya telah mengesampingkan pembahasan kepresidenan atau negosiasi transfer kekuasaan.
Namun Shaaban membantah Putin telah menekan Damaskus, tetapi mengklaim Rusia berusaha membangun kemandirian dan kemampuan militer dari pasukan Suriah.
“Rusia adalah sekutu dan teman yang berbicara kepada kami dengan hormat dan dalam konsultasi,” klaim Shabaan.
“Militer Suriah mampu tidak hanya untuk melestarikan keuntungan yang telah dibuat, tapi juga untuk menghadapi area baru untuk membebaskan sebanyak mungkin desa,” lanjutnya mengklaim.
Shabaan juga mengatakan bahwa setelah penarikan pasukan Rusia langkah berikutnya adalah untuk masyarakat internasional untuk memotong pasokan ke faksi pemberontak yang melawan “pemerintah Suriah”.
“Bola sekarang di pengadilan AS dan langkah berikutnya harus tekanan AS ke Turki dan Arab Saudi untuk menghentikan pendanaan ‘teroris’ dan menghentikan aliran senjata,” lanjutnya. (haninmazaya/arrahmah.com)