ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Pakistan, Cina, dan Afghanistan pada Sabtu (7/9/2019) menyerukan penarikan pasukan asing dari Afghanistan secara tertib dan teratur, seiring dengan negosiasi terbaru AS dan Taliban.
Permintaan itu menyusul gelombang serangan mujahidin yang memicu kekhawatiran penarikan AS yang tergesa-gesa.
“Kami berbagi pandangan bahwa penarikan pasukan asing harus dilakukan dengan tertib dan bertanggung jawab untuk memastikan kelancaran transisi,” Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, mengatakan pada konferensi pers di Islamabad dengan rekan-rekannya dari Pakistan dan Afghanistan.
Kabul telah diteror oleh pemboman mematikan bahkan setelah Washington dan Taliban mencapai kesepakatan yang “secara prinsip” akan membuat AS menarik ribuan tentara dari Afghanistan dengan imbalan berbagai janji keamanan Taliban.
Tetapi ada peningkatan kegelisahan tentang kesepakatan itu, yang dikhawatirkan akan menyebabkan kembalinya Taliban dari garis keras Islam ke kekuasaan.
Mantan duta besar Amerika Serikat untuk Afghanistan pada Selasa lalu memperingatkan penarikan pasukan besar-besaran tanpa perjanjian damai yang komprehensif, tetapi Menteri Pertahanan Mark Esper pada Sabtu (7/9) berusaha untuk menghilangkan kekhawatiran bahwa Washington sedang mencari jalan keluar yang cepat.
Hingga saat ini, Taliban telah menolak untuk berbicara dengan pemerintah Afghanistan Presiden Ashraf Ghani, yang mereka pandang sebagai kaki tangan AS. Namun kesepakatan penarikan AS yang prospektif dengan Taliban itu diperkirakan akan membutuhkan pembicaraan “intra-Afghanistan” antara mujahidin dan Kabul.
“Pakistan dan Cina menantikan rekonsiliasi antara pemerintah Afghanistan dan Taliban untuk perundingan damai,” kata Yi setelah Cina, Pakistan, dan Afghanistan mengadakan putaran ketiga dialog trilateral mereka.
Ini berfokus pada cara-cara untuk memperkuat kerja sama dalam perdagangan, kontraterorisme, berbagi informasi intelijen, dan memerangi perdagangan narkoba.
Yi mengatakan, “semua pihak di Afghanistan perlu bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kerangka kerja yang dipimpin oleh Afghanistan dan dimiliki Afghanistan,” yang akan membantu mempromosikan dialog intra-Afghanistan dan mengeksplorasi pengaturan politik masa depan yang dapat diterima oleh semua pihak.
Yi mencatat kemajuan penting dalam pembicaraan yang sedang berlangsung antara AS dan Taliban meskipun ada ketidakpastian.
Dia mendesak mereka “untuk melanjutkan negosiasi dan mencapai kesepakatan.”
Menteri Luar Negeri Afghanistan Salahuddin Rabbani menyatakan harapan untuk “langkah positif” dari pemerintah Pakistan yang mengarah pada “pengurangan kekerasan di Afghanistan”.
Kabul dan Washington telah lama menuduh tetangganya, Pakistan, yang telah membantu memfasilitasi pembicaraan AS-Taliban, menawarkan tempat yang aman bagi para gerilyawan/mujahidin.
Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi mengatakan negaranya “akan mengambil langkah-langkah untuk lebih jauh mengelola perbatasan sehingga tidak ada yang menggunakan tanah Pakistan untuk melawan Afghanistan atau negara lain.”
Sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan pada akhir pertemuan trilateral ini mengisyaratkan pembicaraan intra-Afghanistan termasuk negosiasi langsung antara Afghanistan dan Taliban “segera dimulai dan mengarah pada penghentian penuh kekerasan yang membawa perdamaian abadi”. (Althaf/arrahmah.com)