Selasa, 25 Agustus 2009, pihak kepolisian Indonesia (polri) kembali mengumumkan daftar nama DPO terbaru untuk kasus terorisme. Nama baru yang muncul adalah “Muhammad Jibriel alias Muhammad Ricky Ardhan”, seperti yang disampaikan Kadiv Humas Polri Irjen Nanan Soekarna dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan.
Sebelumnya, siapa yang tidak tahu dengan ‘aksi heroik’ Densus 88 (detasemen khusus anti-teror 88) dalam penyerbuan sebuah rumah di daerah Temanggung, Jawa Tengah, yang diduga sebagai tempat persembunyian teroris pelaku peledakan hotel JW Marriot dan Ritz Carlton.
Dalam penyerbuan tersebut dikerahkan 600 aparat terlatih, yang dilengkapi dengan robot pengintai, satuan penembak, bom low explosive, dan alat-alat canggih lainnya hasil sumbangan negara pengobar perang anti terorisme, Amerika serikat.
Dalam penggerebekan tersebut, terdapat banyak kejanggalan. Di antaranya:
- Hanya terdapat satu orang di dalam rumah. Polisi memberitahukan sudah mengetahui bahwa didalam rumah tersebut terdapat 4 orang, tapi setelah selesai, mengapa hanya terdapat satu orang di rumah tersebut??? Dan hingga hari ini, pihak kepolisian tidak pernah memberi penjelasan.
- Proses penyergapan yang tidak sesuai UU. Dlm uu, prosedur standar penyergapan adalah dengan di dobrak pintunya, dilempar gas asap, kemudian dimasukkan gas air mata. Otomatis orang yang didalam rumah akan keluar, begitulah seharusnya sebuah penyergapan dilakukan, seperti yang disampaikan oleh dr. joserizal jurnalis, relawan media MER-C. Namun, mengapa pada penyergapan temanggung justru dengan aksi2 brutal??? Seperti peledakan beberapa buah bom dan juga berondongan ratusan peluru.
- Waktu yang terlalu lama. Sejak siang hari, polisi sudah mulai mengepung rumah tersebut, lengkap dengan ‘dokumentasi live’ stasiun tv lokal. Namun ternyata, 17 jam penyergapan yang ditopang dengan alat2 super canggih hanya untuk melumpuhkan satu orang.
- Drama yang amatiran. Ketika mulai mendekati rumah, polisi menanyakan kepada orang di dalam, “siapa di dalam?”, lalu yang didalam menjawab, “Saya Nurdin M Top!”. Sebuah drama amatiran yang membuat masyarakat tersenyum geli.
- Tidak terdapat ceceran darah. Para wartawan yang meliput lokasi kejadian mengatakan bahwa dilokasi penyergapan tidak terdapat ceceran darah, walaupun satu tetes. Lalu, dengan muntahan ratusan peluru senjata canggih tersebut, apa atau siapa yang dijadikan sasaran???
- Karena tidak terdapat ceceran darah, banyak para tokoh Islam yang mencurigai bahwa sebelumnya Ibrohim telah dibunuh, kemudian ditaruh dirumah tersebut untuk kemudian dilaksanakan skenario penyergapan 17 jam. Hal ini juga sepertinya yang terjadi dengan penyergapan Jati Asih (Air dan Eko). Karena pada sore hari, Air dan Eko masih berada di Solo. Sedangkan mereka berdua (rohimahullahu ta’ala–insya Allah) disergap dalam keadaan syahid (insya Allah) pada pukul 2 siang.
Itulah beberapa kejanggalan yang dapat kami himpun, wallahu a’lam.
Antara temanggung dan penangkapan Muhammad Jibriel
Ada beberapa hal yang hampir sama dalam kasus tersebut, diantaranya:
- Penangkapan tidak dilakukan sesuai prosedur. Seharusnya, penangkapan dilakukan dengan membawa surat perintah penahanan, tidak di cegat di tengah jalan kemudian di‘culik’ , diperlakukan dengan keji dan biadab oleh aparat berpakaian preman.
- Simpang siur pernyataan pihak kepolisian. Setelah Ust Abu Jibriel mendapat kabar bahwa anaknya –M Jibriel—diculik intel berpakaian preman, beliau hafizhohullohu ta’ala segera mengkonfirmasi pihak kepolisian. Dalam laporan detik.com, Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen Pol Sulistyo Ishak mengatakan akan mengeceknya karena belum menerima laporan. Namun Kepala Divisi Humas Polri Irjen Nanan Soekarna mengakui bahwa Detasemen Khusus 88 Antiteror telah menangkap Mohamad Jibriel pada sore hari, seperti laporan kompas.com. Bila memang kepolisian sudah menjadikan muh Jibriel sebagai DPO, kemudian melakukan upaya penangkapan, mengapa informasi dari kepolisian sendiri berbeda??? Lalu mengapa penangkapan itu harus dengan gaya ‘culik-menculik’???
Semoga Allah ta’ala melindungi saudara kita Muhammad Jibriel dari keganasan makar musuh Allah. Amin. [tegoeh]