TEL AVIV (Arrahmah.com) – Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu telah menolak permintaan Turki untuk mengangkat blokade Gaza, dan mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan, dan keamanan “Israel” adalah masalah utama baginya.
Sebagaimana dilansir oleh MEMO, Kamis (24/12/2015), selama pertemuan dengan blok Likud-nya di Knesset, Netanyahu mengatakan bahwa “Israel” akan mengizinkan masuknya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membangun kembali Gaza, namun tidak akan menerima tawaran Turki untuk mengangkat blokade Gaza demi keamanan “Israel”.
Netanyahu juga mengatakan bahwa keputusan Ankara untuk memecat pejabat Hamas Saleh Al-Arouri, yang menghabiskan hampir dua dekade di penjara “Israel”, tidak cukup untuk mencapai rekonsiliasi antara kedua negara.
Netanyahu meminta Turki untuk memastikan bahwa tidak ada kegiatan anti-Israel yang beroperasi di wilayahnya.
Namun, sumber-sumber “Israel” mengatakan bahwa Turki tidak akan setuju dengan persyaratan tersebut dan tidak akan menutup kantor Hamas di Ankara, Haaretz melaporkan. Sumber itu menambahkan bahwa pemecatan Al-Arouri juga merupakan permintaan Amerika.
Netanyahu menegaskan bahwa hal itu bertentangan dengan tuntutan Turki. Ia tidak akan mengangkat pengepungan di Gaza atau mengubah kebijakan blokade laut Jalur Gaza.
Mengenai kompensasi “Israel” untuk orang Turki yang dibunuh oleh pasukan komando “Israel” di kapal armada Mavi Marmara, Netanyahu mengatakan bahwa “Israel” telah setuju untuk membayar $ 20 juta untuk dana kemanusiaan untuk mengkompensasi keluarga korban.
Namun, ia menegaskan bahwa tidak ada kesepakatan yang telah dicapai dengan Turki mengenai pencairan potensi hubungan diplomatik.
“Ada kontak dengan Turki, tetapi belum ada rekonsiliasi,” kata Netanyahu kepada anggota Likud pada pertemuan tersebut, sebagaimana dilaporkan oleh Haaretz.
“Ada perbedaan mengenai aktivitas Hamas di Turki dan kebijakan blokade di Gaza,” kata Netanyahu.
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan bahwa Ankara masih berpegang teguh pada persyaratan untuk setiap rekonsiliasi dengan “Israel”, yang meliputi kompensasi terhadap korban Flotilla, dan pencabutan blokade Gaza.
Davutoglu mengatakan kepada pemimpin Hamas Khaled Meshaal bahwa Turki tidak akan pernah melupakan Gaza dan mereka yang mengatakan bahwa Turki semakin dekat dengan “Israel” dan mengabaikan Palestina adalah keliru.
“Kami tidak melupakan Gaza, Palestina, Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa,” kata Davutoglu, “mereka dalam ingatan kami? Jadi bagaimana kami bisa melupakan mereka dalam pembicaraan kami?”
(ameera/arrahmah.com)