JAKARTA (Arrahmah.com) – Situasi keamanan di Suriah semakin mengkhawatirkan. Kondisi ini membuat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) merubah strategi pengamanan puluhan ribu WNI di negara berpenduduk 19,4 juta jiwa itu.
Direktur Informasi dan Media Kemenlu P.L.E. Priatna mengatakan, tujuan utama perlindungan WNI di Suriah adalah memulangkan kembali (repatriasi) mereka ke tanah air. ”Gelombang pemulangan yang paling dekat adalah 600 orang,” katanya di Jakarta, Kamis (27/12).
Priatna menuturkan, skenario selama ini adalah para WNI yang akan dipulangkan di tampung dulu di markas perwakilan Indonesia di Damaskus, ibukota Suriah. Kemudian secara bertahap dipindahkan ke Beirut, Lebanon. Dari Beirut, para WNI dipulangkan ke Indonesia.
“Sama seperti rute sebelumnya, pada proses repatriasi ke depan Pemerintah tetap akan menggunakan rute Damaskus-Beirut-Jakarta,” tambahnya.
Priatna mengungkapkan mengingat kondisi keamanan, meski administrasi kepulangan dan tiket kembali ke Indonesia masih dalam proses, semua WNI yang saat ini ada di penampungan KBRI Damaskus secara bertahap mulai dipindahkan ke Beirut.
“Jumlah mereka mencapai lebih dari 600 orang dan diperkirakan bertambah sejalan dengan peningkatan konflik di Suriah,” ujarnya.
Hasil pantau dan laporan diplomat Indonesia di Suriah menyebutkan jika situasi keamanan terbaru di Suriah kian memburuk. ”Kondisi ini akhirnya mendorong pemerintah pusat (Kemenlu, red) segera mengeluarkan seluruh WNI dari Suriah,” tandasnya. Diperkirakan saat ini ada sekitar 12 ribu WNI di Suriah.
Dubes Indonesia di Beirut Dimas Samodra Rum mengatakan, kantor KBRI sudah disulap untuk menampung WNI kiriman dari Suriah. ”Termasuk untuk menampung gelombang pertama yang mencapai 600 orang,” ujarnya. Bahkan pihak KBRI siap menyewa apartemen jika markas mereka tidak lagi menampung WNI. Data dari KBRI Beirut menunjukkan hingga 24 Desember lalu sudah menampung 156 WNI kiriman dari Suriah.
Ia menyebutkan, sebanyak 156 WNI telah tiba di Beirut pada 24 Desember 2012. Dari jumlah ini, 70 orang diberangkatkan ke Tanah Air pada 26 Desember 2012. Setelah itu, gelombang berikutnya sejumlah 198 orang WNI akan tiba dari Suriah pada 28 Desember 2012.
Menurut Dimas, otoritas Lebanon telah bersedia membantu proses pemberian visa dengan masa tinggal 10 hari hingga 1 bulan alias lebih panjang dari fasilitas visa yang mereka berikan sebelumnya. Namun untuk visa dengan masa tinggal lebih dari 2 x 24 jam, Pemerintah Lebanon menerapkan biaya. Untuk visa transit berdurasi 10 hari misalnya, biaya visa perorang mencapai LBP 25.000 (sekitar Rp 158.000) dan durasi tinggal 30 hari mencapai LBP 50.000 (Rp 316.000).
Koordinator Tim KBRI Beirut untuk Bantuan Proses Repatriasi WNI Suriah, RA Arief menyampaikan bahwa, pihaknya telah menyiapkan semua dukungan teknis dan logistik bagi WNI dari Suriah selama tinggal di Beirut. “Stok makanan pokok dan logistik lainnya juga kami tingkatkan untuk mendukung keberadaan WNI di KBRI Beirut,” tutur Arief yang juga menjabat Kepala Kanselerai dan Counselor Politik ini. (bilal/arrahmah.com)