TUNIS (Arrahmah.com) – Pemerintahan baru Tunisia yang didominasi Ikhwanul Muslimin mulai memainkan ekornya, menggunakan taktik intimidasi dan tiran seperti otoritas sebelumnya.
Forum Ansar al-Mujahidin memposting informasi pada Senin (17/9/2012) yang mengatakan bahwa otoritas Tunisia telah mengirim tim swat dan mengepung Masjid al-Fath di kota Tunis di mana Syeikh Abu Iyadh sangat dihormati. Mereka menendang jurnalis keluar dan mengatakan “operasi keamanan sedang berlangsung”.
Hal itu terlihat seperti mereka ingin menangkap Syeikh Abu Iyadh yang tengah melaksanakan sholat dan memberikan ceramah.
Dengan cepat, pemuda Tunisia muncul dari segala arah. Memperlihatkan pemandangan dengan pesan yang jelas kepada pemerintah bahwa era intimidasi telah selesai. Para pemuda mengulangi slogan yang sama saat mereka menyerbu Kedutaan Besar AS, terutama slogan : “Obama, Obama, kami semua adalah OSAMA,” yang kini telah mendunia.
“Kami tidak akan pernah menyerahkan Abu Iyadh,” teriak para pemuda sambil menyerukan Jihad dan mengancam orang-orang Yahudi dengan meneriakkan : “Tentara Muhammad kembali,” lansir middle east online, Senin (17/9).
Suasana tegang di sekitar Masjid yang terletak di antara dua arteri utama ibukota, dan di mana sejumlah besar dari jamaah mengambil bagian dalam protes di luar gedung Kedubes AS.
Sebelumnya Syeikh Abu Iyadh lolos dari penangkapan pada Jumat (14/9) ketika polisi menyerbu rumahnya.
“Polisi datang pada Jumat malam ke rumah Abu Iyadh, tetapi mereka tidak berhasil menangkapnya karena beliau tidak ada di sana,” ujar seorang pendukungnya.
Penangkapan demi penangkapan dilakukan oleh rezim Tunisia yang baru setelah serangan terhadap gedung Kedubes AS di Tunis terkait dengan protes terhadap film anti-Islam yang dibuat oleh orang Yahudi Amerika.
Berikut ini adalah biografi singkat mengenai Syeikh yang diposting di halaman FB Garda Nasional Tunisia :
Abu Iyadh, bagi mereka yang tidak mengenalnya, adalah seorang Mujahid di Afghanistan dan Irak. Ia ditangkap di Turki dan dipenjara di Guantanamo. Mereka membawanya ke Tunisia dan memenjarakannya pada tanggal 12 Maret 2003 dan dilepaskan pada 12 Maret 2012. Saat ia berada dipenjara menjalani hukuman 54 tahun yang dijatuhkan kepadanya, ia berkata : “Saya tidak akan dibebaskan kecuali rezim Ben Ali jatuh”.
Syeikh adalah orang yang terdidik dan cerdas (menjalani sekolah hukum selama tiga tahun) dan menulis buku selama di penjara.
Ia adalah orang pertama yang mengumandangkan adzan di penjara. Ia membangunkan orang saat fajar dan mengumandangkan adzan dengan keras. Dia bertindak sebagai Imam untuk sholat Jumat, juga tidak takut berbicara kepada penjaga atau polisi atau orang lain.
Untuk mencegahnya mengumandangkan adzan, rezim thagut Tunisia menempatkan dia di sel isolasi dan mengiirim 28 penjaga ke dalam selnya yang memukulnya sampai tak sadarkan diri. Saat itu dia hampir tidak selamat.
Begitu sembuh, ia mulai melakukan seruan sholat kembali. Para penjaga akhirnya menyerah pada dirinya dan meninggalkannya sendirian. (haninmazaya/arrahmah.com)