JAKARTA (Arrahmah.com) – Pemuda Persatuan Ummat Islam (PUI) mengingatkan Presiden Jokowi harus ingat rakyat, bukan invenstor asing. Mereka semakin cemas dengan jalan demokrasi bangsa Indonesia dan mempertanyakan apakah benar negara ini menuju pulau harapan, atau negara hanya bermimpi-mimpi?
“Kita terus dijajah dengan hutang-hutang, sumber daya alam dikeruk negara lain dan kedaulatan ekonomi dipersimpangan jalan. Jokowi harus ingat rakyat, bukan invenstor asing saja,” demikian diutarakan Ketua Umum Pemuda PUI Raizal Arifin kepada redaksi, Jumat (19/2/2016).
Konsolidasi perjuangan Pemuda PUI
Pemuda PUI sendiri, kata Rizal, akan menyelenggarakan konsolidasi perjuangan dan sidang pleno I.
“Konsolidasi ini adalah upaya penguatan struktur dan infrastruktur organisasi yang modern. Dalam usianya yang matang, Pemuda PUI perlu terus melakukan pembacaan internal dan eksternal. Jaman terus berubah dan tantang ke-ummatan, maupun kebangsaan perlu jawaban yang tepat,” katanya.
Sementara Sekretaris Jenderal Pemuda PUI Kana Kurniawan mengatakan, dalam pleno I ini pun akan dilakukan mapping problem-problem kebangsaan dan keummatan.
“Kita harus memetakan problem pengganjal kemajuan bangsa. Mulai dari kedaulatan ekonomi, SDA, konflik horizontal, gerakan LGBT, kepemimpinan nasional, hukum-HAM dan politik. Ini adalah ijtihad perjuangan kaum muda yang harus didorong sebagai gerakan nasional. Negara harus belajar dari kesalahan arah negara,” urainya.
Sebagai informasi, tahun 1911 pahlawan nasional KH. Abdul Halim dalam usia 20 tahunan memprakarsai terbentuknya Hayatul Qulub (HQ) sebagai cikal bakal Persatuan Ummat Islam (PUI) induk organisasi Pemuda PUI. Dan atas dorongan H.O.S. Tjokroaminoto, HQ berubah menjadi Syirkatul Oelama, lalu Persyarikatan Oelama (PO) di tahun 1917. Untuk mematangkan diri sebagai organisasi perjuangan, pengkaderan Majelis Pemuda pun di bentuk. Kemudian 5 Desember 1964 dikukuhkan sebagai organisasi otonom. Usia ini tentu adalah capaian perjuangan yang penuh dengan pengorbanan. Tiada lain, untuk Indonesia yang berdaulat dan maju.
(azmuttaqin/*/arrahmah.com)