YERUSALEM (Arrahmah.id) – Seorang pemuda Palestina melepaskan tembakan di sebuah permukiman ilegal “Israel” di timur Yerusalem pada Selasa (1/8/2023), melukai sedikitnya enam orang sebelum ditembak dan dibunuh, kata polisi “Israel”.
Penembakan pada Selasa (1/8) terjadi di luar pusat perbelanjaan di permukiman “Israel” Maale Adumim yang luas di Tepi Barat yang diduduki.
Kementerian Kesehatan Palestina mengidentifikasi tersangka sebagai Mohannad al-Mazraa yang berusia 20 tahun dari Azariya, kota terdekat di Tepi Barat.
Melaporkan dari Yerusalem Timur yang diduduki, Laura Khan dari Al Jazeera mengatakan polisi “Israel” melaporkan bahwa pria bersenjata itu telah melepaskan tembakan ke segala arah, melukai beberapa orang, sebelum dia ditembak dan dibunuh oleh pasukan “Israel”.
Khan menjelaskan bahwa permukiman “Israel” adalah titik nyala berulang untuk ketegangan dan kekerasan “Israel”-Palestina.
“Permukiman ini tidak hanya dianggap ilegal, tetapi warga Palestina menganggapnya sebagai bentuk kolonisasi yang merambah tanah Palestina,” kata Khan.
Hamas, gerakan yang telah memerintah Jalur Gaza sejak 2007, memuji serangan itu sebagai “heroik” tetapi tidak mengklaim bertanggung jawab.
Menteri keamanan nasional sayap kanan “Israel”, Itamar Ben-Gvir, tiba di lokasi tak lama setelah penembakan. Sebelumnya pada Selasa (1/8), Ben-Gvir memimpin serangan di kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki bersama dengan puluhan pemukim “Israel” lainnya.
Pertempuran antara “Israel” dan Palestina di Tepi Barat yang diduduki meningkat awal tahun lalu ketika “Israel” melancarkan serangan hampir setiap malam ke wilayah Palestina di Tepi Barat. Serangan Palestina terhadap “Israel” juga semakin intensif.
Media Palestina dan “Israel” melaporkan bahwa Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengikuti situasi keamanan di Tepi Barat.
Lebih dari 200 warga Palestina tewas tahun ini di wilayah pendudukan Palestina dan Gaza. Sebagian besar kematian ini tercatat di Tepi Barat.
Setidaknya 26 orang tewas dalam serangan Palestina terhadap “Israel” selama waktu itu.
Angka-angka itu menunjukkan bahwa 2023 sudah menjadi tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat sejak PBB mulai melacak kematian pada 2005.
Sebelumnya, 2022 merupakan tahun paling mematikan dengan 150 warga Palestina tewas, 33 di antaranya adalah anak di bawah umur, menurut PBB. Itu adalah peningkatan tahunan keenam berturut-turut dalam jumlah korban tewas di Tepi Barat dan bertepatan dengan dimulainya serangan hampir setiap hari di daerah tersebut.
Meningkatnya jumlah kematian tahun lalu mendorong para ahli PBB mengutuk perlakuan terhadap warga Palestina, termasuk serangan terhadap rumah mereka dan perusakan harta benda mereka.
“Israel” merebut Tepi Barat dalam perang Timur Tengah 1967 bersama dengan Jalur Gaza dan Yerusalem Timur. Orang-orang Palestina menginginkan wilayah tersebut untuk negara merdeka yang mereka harapkan, karena memang wilayah tersebut milik mereka, tanah air mereka. (zarahamala/arrahmah.id)