LAHORE (Arrahmah.com) – Sekitar 150 pemuda berkumpul di sekitar bundaran Tahrir pada Minggu (20/2/2011) melakukan aksi protes yang diorganisasikan melalui jejaring Facebook, meminta Pakistan agar segera membuang jauh-jauh sistem politik demokrasi dan menggantinya dengan sistem Islam, Express Tribune melansir pada Senin (21/2).
Aksi protes ini merupakan yang ketiga sejak Youth 4 Change mengadakan protes melawan sistem demokrasi dan hegemoni Amerika di Pakistan selama beberapa minggu berturut-turut. Para demonstran meneriakkan slogan-slogan Islam. Mereka memegang plakat dan spanduk mengecam Amerika dan mendukung Dr Aafia Siddiqui, serta memberi dukungan mereka terhadap aksi protes di Tahrir Square Kairo.
Para demonstran menuntut penutupan seluruh kedutaan besar dan konsulat AS di Pakistan, mengakhiri perang di Afghanistan, meminta Raymond Davis diadili di bawah hukum Islam, meminta pembebasan Dr Aafia, dan menyerukan agar angkatan bersenjata Pakistan mematuhi Allah dan Nabi Muhammad (saw), serta menyatukan umat Islam di bawah satu khalifah.
Junaid Khan, seorang mahasiswa teknik di Universitas Nasional Sains dan Teknologi, mengatakan protes itu dimaksudkan untuk mendorong perubahan.
“Di Pakistan, demokrasi dan kediktatoran telah gagal. Sekarang saatnya untuk mengembalikan sistem Islam. Inilah satu-satunya cara Pakistan untuk memperoleh kemajuan,” katanya.
Qazi Farooq, yang bekerja di periklanan, mengatakan sudah waktunya bagi Pakistan untuk menentang Amerika dan melindungi kedaulatannya.
Dia mengatakan bahwa kasus Raymond Davis bukan masalah utama antara kedua negara. Ia melanjutkan, bahwa masalah utamanya adalah ketergantungan Pakistan terhadap bantuan AS.
Dia mengatakan bahwa sistem Islam telah terbukti bertahan selama 1.300 tahun. “Islam menyediakan kebijakan untuk semua kalangan,” katanya.
Qazi menambahkan bahwa ada banyak kesalahpahaman tentang Islam sebagai agama kekerasan, hal itu hanya sekedar propaganda Barat untuk meredam kebangkitan Islam. (althaf/arrahmah.com)