KABUL (Arrahmah.id) — Pemimpin tertinggi Taliban Hibatullah Akhundzada menyerukan agar dunia berhenti memberi tahu mereka bagaimana menjalankan Afghanistan. Dia bersikeras bahwa hukum syariah adalah satu-satunya model untuk negara Islam yang sukses.
Dilansir dari kantor berita AFP (1/7/2022), Akhundzada berbicara di depan pertemuan besar para ulama di Kabul, ibu kota Afghanistan pada Jumat (1/7). Lebih dari 3.000 ulama telah berkumpul di Kabul sejak Kamis (30/6) untuk pertemuan tiga hari khusus pria tersebut.
Zabihullah Mujahid, juru bicara dan Wakil Menteri Informasi dan Kebudayaan Taliban mengatakan, pertemuan itu bertujuan untuk mengatasi sejumlah keluhan dan berbagai masalah lain, meskipun agendanya tidak diumumkan kepada publik.
“Mengapa dunia mencampuri urusan kita?” tanya Akhundzada dalam pidato selama satu jam yang disiarkan oleh radio pemerintah.
“Mereka mengatakan ‘mengapa Anda tidak melakukan ini, mengapa Anda tidak melakukan itu?’ Mengapa dunia ikut campur dalam pekerjaan kita?” cetusnya.
Akhundzada jarang meninggalkan Kandahar, tempat kelahiran dan jantung spiritual Taliban. Kedatangannya di aula pertemuan disambut dengan sorak-sorai dan teriakan, termasuk “Hidup Imarah Islam Afghanistan”, nama Taliban untuk negara itu.
Akhundzada mengatakan Taliban telah memberikan kemenangan untuk Afghanistan, tetapi terserah pada para ulama untuk memberi tahu penguasa baru tentang cara menerapkan hukum syariah dengan benar.
“Sistem syariah berada di bawah dua bagian – ulama dan penguasa,” katanya.
“Jika para ulama tidak menasihati penguasa untuk berbuat baik, atau para penguasa menutup pintu terhadap para ulama, maka kita tidak akan memiliki sistem Islam,” tutur pria yang diyakini berumur 70-an tahun itu.
Dia memperingatkan bahwa negara-negara non-Muslim akan selalu menentang negara Islam murni, sehingga umat beriman harus menanggung kesulitan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
“Anda harus bersaing, Anda harus menanggung kesulitan … dunia saat ini tidak akan mudah menerima Anda menerapkan sistem Islam,” katanya. (hanoum/arrahmah.id)