KHARTOUM (Arrahmah.id) – Pemimpin Sudan Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan pada Jumat (19/5/2023) memecat saingannya Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo, kepala Pasukan Pendukung Cepat, dari jabatannya sebagai wakil Burhan di Dewan Kedaulatan yang berkuasa.
Keduanya telah menjalankan dewan tersebut sejak 2019 ketika mereka menggulingkan diktator Omar Bashir di tengah protes massa terhadap pemerintahannya, sebelum melakukan kudeta pada 2021 ketika tenggat waktu semakin dekat untuk menyerahkan kekuasaan kepada warga sipil demi transisi menuju pemilihan umum yang bebas, lansir Arab News.
Burhan melantik Malik Agar, pemimpin kelompok pemberontak yang bergabung dengan dewan pada 2020 setelah menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah, sebagai wakil barunya. Dia juga mempromosikan tiga jenderal lainnya untuk menduduki posisi penting di angkatan bersenjata.
Ibu kota Sudan, Khartoum, dan kota kembarnya, Bahri, mendapat serangan udara baru pada Jumat ketika perang antara tentara dan pasukan paramiliter memasuki pekan kelima, memperdalam krisis kemanusiaan bagi warga sipil yang terperangkap dan mengungsi.
Penjarahan massal oleh orang-orang bersenjata dan warga sipil membuat hidup semakin menderita bagi penduduk Khartoum yang terjebak dalam pertempuran sengit antara kedua pasukan.
Dengan adanya pertempuran, terjadi keruntuhan hukum dan ketertiban, dengan penjarahan yang merajalela, saling menyalahkan antara tentara dan paramiliter, menghantam rumah-rumah warga Sudan, pabrik, pasar emas, bank, kendaraan, dan gereja.
Berkurangnya persediaan makanan, uang tunai dan kebutuhan pokok lainnya dengan cepat telah mendorong sebagian besar penjarahan.
“Tidak ada yang melindungi kami. Tidak ada polisi. Tidak ada negara. Para penjahat menyerang rumah-rumah kami dan mengambil semua yang kami miliki,” kata Sarah Abdelazim (35), seorang pegawai pemerintah di Khartoum.
Lebih dari 700 orang telah terbunuh dan sedikitnya 5.287 orang terluka.
Konflik ini telah menyebabkan sekitar 843.000 orang mengungsi di dalam Sudan dan memaksa sekitar 250.000 orang mengungsi ke negara-negara tetangga, demikian ungkap badan pengungsi PBB pada Jumat. (haninmazaya/arrahmah.id)