Oleh Sumiati
Pendidik Generasi dan Member Akademi Menulis Kreatif
Sederhana, hakikatnya cukup relatif, jika tidak disandarkan pada Islam. Sehingga, di tengah masyarakat, kata sederhana, beragam penampakannya, berbeda dengan Islam, yang sudah memiliki ukuran tertentu dalam memaknai kata sederhana.
Dikutip oleh Republika.co.id (19/7/2024), Bupati Bandung Dr. HM. Dadang Supriatna, S.Ip., M.Si., sosok sederhana dan merakyat. Dadang Supriatna memiliki segudang pengalaman. Mulai dari pengalaman jadi Kepala Desa Tegalluar, Organisasi Kemasyarakatan, sampai anggota DPRD hingga puncak kepemimpinan di Kabupaten Bandung. Hal ini diungkapkan H. Basri, warga Kabupaten Bandung saat ditemui di Soreang.
Rakyat Indonesia ini memang termasuk pada kategori perindu pemimpin sederhana, yang dibayangkan tentu sosok sederhana Rasulullah saw. para sahabat dan salafushshalih lainnya. Hanya saja, apa yang didambakannya, tanpa sebuah bimbingan yang tepat. Sehingga, kata sederhana, tidak berdampak banyak untuk perkembangan kemajuan bangsa. Dan belum menjadi solusi berarti untuk berbagai permasalahan di negeri ini.
Karena rindu yang berat pada sosok pemimpin sederhana, menghadirkan rasa begitu antusias, jika mendengar, ada tokoh yang dikatakan sederhana. Misalnya, senang berbaur dengan masyarakat, senang jajanan masyarakat bawah, keliling desa, ramah, senang menyapa, senang berbagi, berpenampilan sama dengan rakyat, senang bersepeda, blusukan ke kampung-kampung, dan sering mengungkapkan kesederhanaan di media sosial.
Di saat krisis kepemimpinan, sikap demikian, seakan menghipnotis masyarakat. Menganggap, inilah calon pemimpin yang dirindukan. Tanpa menimbang, bahwa tak cukup demikian untuk memimpin sebuah negeri. Adakalanya, masyarakat lupa, dalam sistem kapitalis sekuler, betapa banyak cara untuk meraih simpatik rakyat, salah satunya meraih hati rakyat dengan kesederhanaan. Sehingga masyarakat terkecoh. Tidak memikirkan mabda (ideologi) yang diemban olehnya, apakah kapitalis, sosialis atau Islam.
Hal itu memang sangat rawan terjadi, karena jiwa masyarakat yang sedang labil, terombang-ambing kesana kemari, karena berada di tengah-tengah gempuran sistem kapitalis, yang memandulkan cara berfikir masyarakat. Serangan bertubi-tubi dalam benak kaum muslim, terkait mana yang benar dan salah tidak jelas. Sehingga memilih bagaimana ramainya saja. Mudah tersulut dengan rayuan maut para calon penguasa dengan segala taktik mereka.
Lalu, bagaimanakah sosok sederhana dalam pandangan Islam?
Islam, adalah agama yang yang sempurna. Sejak datangnya ketika dibawa oleh Rasulullah saw. sebagai manusia pilihan Allah Swt. untuk mengemban Islam, Rasulullah saw. adalah sosok yang sederhana. Beliau sederhana dalam berpakaian, sederhana dalam makan, berkendara, dan lainnya. Beliau sosok manusia mulia teladan bagi seluruh manusia.
Di tengah kesederhanaan beliau dalam harta, makan beliau yang sederhana, pakaian beliau pun demikian, bahkan ketika ada yang sobek, beliau sendiri yang menjahitnya. Bahkan jumlah pakaian beliau pun terbatas.
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam terkenal sebagai hamba Allah yang qana’ah/sederhana. Banyak riwayat menyebutkan jenis pakaian dan makanan Rasulullah Saw yang menunjukkan sikap qana’ah/sederhana Rasulullah saw.
Abu Burdah RA bercerita, suatu hari ia menemui Aisyah RA, Aisyah lalu mengeluarkan pakaian tambalan yang disebut mulabbadah, sejenis kain besar yang diproduksi di Yaman. Aisyah kemudian bersumpah, “Demi Allah, Rasulullah Saw wafat saat mengenakan pakaian ini.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)
Riwayat tersebut dikutip oleh Imam Zakiyuddin Abdul Azhim Al-Mundziri. (Al-Mundziri, At-Targhib wat Tarhib, [Beirut, Darul Fikr: 1998 M/1418 H], juz III, halaman 75)
Dan bukan hanya itu, beliau yang sederhana dalam hal makan pun, ternyata, di saat musim kurban, beliau kurban setiap tahun, bahkan memberikan kurban untuk keluarganya dan kaum muslimin.
Kepemimpinan beliau pun tidak diragukan dalam menjalankan Islam kaffah di jazirah Arab. Penerapan hukum Islam di berbagai lini sudah jelas, di berbagai riwayat shahih, itulah sesungguhnya pemimpin ideal yang sederhana untuk dirinya, tetapi sangat mengutamakan kebutuhan rakyat yang dipimpinnya.
Wallahu a’lam bish shawwab