JENEWA (Arrahmah.com) – Sejumlah pemimpin negeri-negeri Muslim geram dan mendesak PBB untuk memberikan tekanan pada Barat agar menghentikan serangan mereka terhadap Islam yang dipropaganda Barat merupakan ancaman bagi keamanan internasional, lansir Dawn pada Rabu (29/9/2010).
Dalam pidatonya di hadapan Majelis Umum PBB, para pemimpin itu mengatakan bahwa Islamophobia yang menyebabkan tumbuhnya kesenjangan Muslim-Barat. Dan salah satu kementerian Arab meminta agar masyarakat internasional waspada terhadap “benturan peradaban”.
Ancaman untuk membakar Al Quran yang datang dari gereja pinggiran AS, kontroversi pembangunan Islamic Center di dekat lokasi serangan 11 September 2001 di New York, dan serangan-serangan terhadap simbol-simbol Islam di negara-negara Eropa telah menjadi topik utama pembicaraan bagi bangsa-bangsa Muslim.
Negeri-negeri yang biasanya menjadi sekutu AS ini telah berbicara tegas di PBB melawan ketegangan agama yang terus bertambah dalam satu pekan terakhir.
Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Thani, yang amir Qatar, yang telah meluncurkan inisiatif diplomatik di bawah dukungan Barat untuk menyelesaikan perang mulai dari Sudan hingga konflik Israel-Palestina, mengutuk upaya untuk menghubungkan Islam dengan terorisme. Dia menyalahkan kebijakan “Perang Melawan Teror” yang dideklarasikan pasca 11 September.
“Kami tidak setuju dengan atribusi terorisme terhadap agama Islam, karena hal ini adalah sebuah ketidakadilan sejarah yang sebetulnya disangkal oleh bukti-bukti sejarah.”
Dia mengatakan “aksi kekerasan tak beralasan” di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia di akhir abad 20 tidak pernah dicap sebagai terorisme Amerika, Eropa atau Asia.
“Kekerasan ini muncul disebabkan oleh motif-motif politik, ekonomi, sosial, dan bahkan ideologi, tanpa menghubungkannya dengan suatu negara, agama, atau ide tertentu.”
Menteri Luar Negeri Mesir, Ahmed Abul Gheit, mengecam “insiden mengerikan yang semakin menimpa Muslim dan Islam, berulang kali dan kadang-kadang tersistematis dalam kasus-kasus tertentu.”
Ia menambahkan, “Kami menemukan, umumnya, kekerasan terhadap Muslim yang terjadi di Barat selalu disimpulkan sebagai sebuah benturan dengan dunia Muslim. Benturan semacam ini tidak akan menguntungkan siapapun kecuali ekstrimis dan siapapun yang ingin menghancurkan kedua kutub (Barat dan Muslim). Hal ini tentu saja ada di luar kepentingan untuk terus mempertahankan stabilitas dan keamanan dunia.”
“Kami menyerukan semua negara dan khususnya pemerintah, untuk sama-sama memikul tanggung jawab mereka (Barat) untuk menghadapi benturan agama dan peradaban yang akan sangat mengerikan ini,” lanjut Gheit.
Raja Abdullah II dari Yordania menekankan pentingnya untuk melawan kelompok-kelompok yang menyebar kesalahpahaman. Atas dasar itulah, menurutnya penting untuk juga mengadakan Pekan Harmoni Antaragama Dunia untuk mempromosikan toleransi.
Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, mengatakan kepada majelis PBB bahwa 1,5 miliar Muslim dunia telah tersinggung dengan “upaya untuk menghinakan Islam.”
Dia menambahkan, “Hal ini pula yang akan mengintensifkan kesenjangan antara dunia Islam dan Barat.” (althaf/arrahmah.com)